Thursday Oct 10, 2024

Bepergian ke Bandung naik kereta Argo Parahyangan (catatan tahun 2015)

Akhir November 2015 lalu, kami sekeluarga bepergian ke Bandung untuk menghadiri acara Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI). Awalnya kami sempat ingin menggunakan jasa travel dari Jakarta menuju Bandung, namun kami urungkan karena khawatir terjebak macet. Maka pilihan pun jatuh pada kereta.

Bepergian dengan naik kereta selalu menjadi favorit saya. Apalagi sejak tidak lagi mudik ke Jawa Tengah, saya selalu rindu dengan suasana dan pemandangan yang pastinya berbeda dengan di kota dan tidak bisa dilihat setiap hari. Bagi kami, kali ini perjalanan naik kereta akan menjadi tambah seru karena ada A yang saat ini berusia 11 bulan dan sedang belajar berjalan.

Kereta dari Jakarta menuju Bandung hanya ada satu yaitu Argo Parahyangan dengan keberangkatan paling pagi yaitu pukul 05.00 WIB dari stasiun Gambir dan tiba di Bandung pukul 08.30 WIB. Karena mengejar acara pukul 09.00 WIB, kami memutuskan untuk naik kereta paling pagi tersebut.

Dua minggu sebelumnya kami memesan tiket secara online dari aplikasi KAI Access yang tersedia di android. Kemajuan teknologi saat ini membuat pemesanan tiket menjadi lebih mudah. Saat itu kami masih mendapatkan tiket eksekutif dengan harga Rp85.000,-. Namun untuk kepulangan dari Bandung, tiket eksekutif sudah habis dan hanya ada tiket kelas bisnis seharga Rp75.000. Tak mengapa. Perbedaan kelas eksekutif dan kelas bisnis Argo Parahyangan ini terletak pada bangku yang tentunya lebih baik dan ketersediaan bantal. Selebihnya baik eksekutif maupun bisnis (dan juga ekonomi pada kereta lain) sudah sama-sama memiliki AC dan stop kontak untuk charge.

Sejak beberapa hari sebelum keberangkatan, saya pun membuat packing list barang-barang yang harus dibawa agar nantinya memudahkan packing dan tidak tergesa-gesa. Ini perjalanan jauh pertama bagi A sehingga saya sebenarnya cukup deg-degan. Untuk memudahkan mobilitas, kami akan membawa backpack carrier. Satu backpack berisi pakaian saya dan Abang, satu lagi berisi pakaian Arsa dan kebutuhan lainnya.

Hari Sabtu, 28 November pun tiba, kami berangkat cukup telat dari niat semula yaitu pukul 4 pagi. Syukurlah ada ibu yang membantu membuatkan bekal MPASI untuk Arsa sehingga nantinya ia tetap bisa sarapan di kereta. Setelah pamitan dan memasukan barang bawaan ke taxi, kami pun bergegas menuju stasiun Gambir. Setibanya di stasiun, Abang terlebih dulu mencetak tiket kereta di mesin yang sudah tersedia sesuai dengan kode booking online sebelumnya. Ya, inilah sebabnya penumpang harus tiba setidaknya 30 menit hingga 1 jam sebelum keberangkatan. Setelah itu kami melewati pemeriksaan tiket yang harus sesuai dengan kartu identitas atau KTP. Jadi, jangan sampai lupa bawa kartu identitas ya.

Begitu tiba di peron, kereta rupanya baru datang! A yang memang jadwal bangunnya sekitar pukul 4 pagi, saat itu menolak untuk tidur kembali dan tertarik sekali melihat kereta. Apalagi begitu kami masuk ke dalam kereta, ia terus memerhatikan sekeliling dan meminta berjalan di sepanjang koridor di antara bangku penumpang. A terus saja memerhatikan setiap penumpang dan meminta kami memeganginya berjalan mondar-mandir. Bahkan hingga kereta berangkat ia terus saja meminta berjalan hilir mudik meski sudah kami gendong untuk kembali ke bangku. Lumayan juga buat olahraga. Ketika kembali ke bangku, nasi tim buatan ibu pun lahap ia makan. Sambil makan dan dengan mulut yang penuh, sesekali ia melambaikan tangan keluar jendela, dadah-dadah pada apa saja yang ada di luar kereta. Setelah selesai makan dan baterainya kembali penuh, A pun siap mengajak saya atau Abang berjalan lagi hehe.

Lama-kelamaan saya pun sempat pusing karena berjalan mondar-mandir di tengah kereta yang bergoyang dan melaju cukup cepat. Padahal sebelumnya rasanya saya tak pernah pusing naik kereta. Syukurlah di luar jendela, pemandangan berupa sawah dan pepohonan menjadi kenikmatan tersendiri yang bisa kami nikmati di hampir sepanjang perjalanan.

Berikut beberapa tips yang semoga bermanfaat jika hendak bepergian dengan kereta ke Bandung:

  1. Usahakan pesan tiket jauh-jauh hari untuk menghindari kehabisan atau harga yang semakin meningkat.
  2. Jika ingin menggunakan taxi ke stasiun, lakukan booking di malam harinya agar tidak mengantri atau tergesa-gesa. Dan untuk meminimalisir antrian saat mencetak tiket, usahakan untuk datang lebih awal ke stasiun.
  3. Sebaiknya si kecil isi perut dulu sebelum berangkat.

4. Letakkan barang-barang yang urgent atau memiliki kebutuhan yang tinggi di tempat yang mudah dijangkau. Barang-barang seperti dompet, handphone, 1 set pakaian A plus jaket, apron atau celemek untuk menyusui, botol susu, tissue basah dan tiket kereta saya jadikan satu di tas kecil saya.

Berikut kira-kira daftar barang yang wajib dibawa jika bepergian dengan bayi, silakan tambahkan jika ada yang kurang:

1. Pakaian bayi dengan jumlah yang tidak pas alias dilebihkan. Ini sebagai antisipasi sekiranya pakaian basah karena kena air, muntah, ataupun keringatan. Jika menggunakan backpack carrier seperti kami kemarin, ada baiknya membungkus setiap 1 set pakaian (baju, celana, dan kaus dalam) dengan kantong plastik. Jaga-jaga supaya tidak lembap atau tembus kena air karena kehujanan, selain kantung plastiknya bisa digunakan untuk membungkus pakaian yang kotor dan sudah dipakai.

2. Clodi atau popok disposable, bawa juga dalam jumlah yang dilebihkan.

3. Tissue basah dan tissue kering.

4. Kantong plastik

5. Wadah makanan (pilih yang bisa dilipat atau mendukung light traveling) dan botol minum

6. Apron atau botol susu

7. Jaket, kaos kaki, dan topi

8. Payung

9. Senter atau headlamp.

10. Selimut

11. Obat-obatan seperti minyak telon, obat luka, dan plester

Untuk nomor 8 dan 9, kemarin kami lupa membawa. Dan sebagai saran saat packing, masukan barang-barang yang tidak segera dibutuhkan di bagian paling bawah tas. Misalnya selimut yang baru akan dipakai di penginapan malam harinya bisa diletakkan di paling bawah tas. Jika dibutuhkan bisa juga membawa mainan supaya anak tidak bosan, namun usahakan jangan terlalu banyak membawa mainan agar tidak kerepotan sendiri.

Berbeda dengan saat berangkat, perjalanan pulang kami dengan kereta diisi dengan A yang lebih banyak tertidur. Kami memilih jadwal berangkat dari Bandung pukul 16.15. Meski sesekali menangis dalam tidur karena sepertinya lelah dan rindu guling-guling di kasur rumah, namun beberapa kali dalam tidurnya A mengigau melambaikan tangan. Seolah dadah-dadah seperti yang biasa ia lakukan pada pohon, mobil, dan kereta lain di luar jendela, bedanya sore itu ia lakukan dengan mata yang terpejam.

^^^^^^^^^

Tulisan dimuat dalam web Urban Mama

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top