Jakarta Bird Walk di Hutan-Kota Tebet (2015)
Berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan, ruang terbuka hijau bernama Hutan-Kota Tebet ini dapat ditempuh dengan transportasi publik yaitu mikrolet M34 dari arah stasiun Kalibata yang melewati Pancoran dan turun langsung di depan taman. Atau bisa juga dengan kereta turun di stasiun Cawang dan berjalan kaki terlebih dulu menuju taman.
Diresmikan pada tahun 2010 oleh Gubernur yang menjabat pada masa itu yaitu Fauzi Bowo, ruang publik ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu Hutan kota Tebet dan Taman Kota Honda Tebet. Dari pengamatan saya kemarin, taman kota lebih ramai suasananya daripada hutan kota.
Di ruang publik itu, masyarakat bebas beraktivitas dan berolahraga. Tersedia jogging track, jalur batu untuk refleksi, area bermain bola (mini lho, bukan lapangan bola ya), bermain badminton, dan lain sebagainya.
Saya menghubungi Eci, salah satu CP Jakarta Bird Walk yang katanya sudah berada di lokasi. Hihi ini seperti mengulang sekitar lima tahun lalu waktu saya baru akan terlibat di komunitas mangrove dan tak kenal siapa-siapa di sana. Angkatan mahasiswa yang biasanya mengurus kegiatan semacam ini tentu sudah berganti generasi ditambah saya yang lama absen mengikuti kegiatan membuat saya rasanya datang dari antah berantah. Apalagi dengan perut buncit.
“Kakak lagi hamil ya?” tanya Eci (kayanya) setengah takjub.
“Haha iya.” jawab saya.
Tentunya mengikuti kegiatan ini dengan kondisi hamil bukan bermodalkan nekad tapi penuh pertimbangan lokasi dan menegaskan pada diri bahwa meski cakupan taman tidak terlalu luas tapi saya tidak boleh memaksakan diri ikut hingga kegiatan selesai.
Sayangnya pagi itu baru sedikit yang datang untuk mengikuti pengamatan. Baru ada Eci, Dimas, Adam, dan saya. Peserta yang biasanya datang dari berbagai kampus seperti UNJ, UIN, UI, dan UNAS banyak yang hari itu terlibat acara mabim mahasiswa baru. Syukur tak berapa lama datang Kaysan dan ibunya, Mbak Santi, ke lokasi.
Setelah diingat lebih jauh rupanya ini bukan kali pertama saya bertemu Kaysan dan Mbak Santi. Rupanya sebelumnya kami sudah pernah bertemu saat pengamatan pertama saya di tahun 2009 dulu di Angke. Yup, waktu itu Kaysan berarti masih umur 5 tahun.
Sekitar pukul 07.40 kami pun mulai berkeliling hutan kota terlebih dulu, memilih untuk berjalan di area tanah dan rumput karena khawatir mengganggu orang-orang yang sedang berlari di jogging track.
Burung kota yang terlihat saat itu baru cucak kutilang, gereja, kaladi, dan cabai jawa. Lalu sayup-sayup terdengar burung ungkut-ungkut.
Setelah beberapa lama berjalan, Apip dan Sandy pun menyusul datang ke lokasi. Asyiiik tambah banyak!
Kami berkeliling lagi dan menemukan setidaknya 2 sarang burung. Sarang burung pertama sepertinya sudah tidak dipakai karena posisinya yang tidak terlindungi, sementara sarang burung kedua berbentuk bulat menggantung namun sayangnya tak bisa terlihat apakah di dalamnya ada burung atau tidak.
Kemampuan identifikasi Kaysan lebih baik dari saya, sesekali ia membuka buku panduan burung McKinnon yang dibawanya untuk memastikan warna dan ciri lain dari burung yang dilihat.
Kak, kak.. bino kak. Itu kaladi apa?” Tanya Apip pada saya sambil menunjuk batang pohon.
Sekilas saya memang tahu itu kaladi, namun bahkan dengan bino pun saya belum bisa mengidentifikasi apakah itu kaladi ulam atau kaladi tilik.
Menjelang pukul 9 kami istirahat dulu, memerhatikan ulang catatan burung-burung yang sudah teramati sambil kemudian memutuskan untuk pindah ke taman kota.
Kawan-kawan yang lain rupanya akan melanjutkan pengamatan di taman kota di seberang jalan. Berhubung energi mulai menipis (ingat lagi hamil, Yul!) dan sesudahnya saya masih harus menghadiri pernikahan kawan, maka saya pun pamit untuk pulang lebih dulu.
Terima kasih untuk semua peserta atas perkenalan dan pengamatan bersama hari itu.