Thursday Oct 10, 2024

Bergaya di Museum Angkut, Kota Batu, Jawa Timur

Saya penasaran banget sama Museum Angkut. Maka museum ini jadi fokus kedua setelah birdwatching di Tahura Raden Soerjo saat ke Kota Batu bulan Oktober lalu. Kabarnya museum ini ruamee tenan! Biasanya museum tak seramai ini, hal itulah yang membuat saya penasaran ada apa sebenarnya dengan museum tersebut? Kalau dilihat dari postingan beberapa instagrammer sih, kayanya berisi koleksi mobil-mobil antik gitu.

Akhirnya tanggal 22 Oktober, selepas dari Eco Green Park kami menaiki motor sewaan menuju Museum Angkut. Sebenarnya sayang sekali museum ini baru buka siang padahal bagian dalam museum sangatlah luas sehingga tentunya membutuhkan waktu yang banyak untuk bisa eksplorasi. Apalagi mengingat sesi foto-foto sangatlah mendominasi!

Selepas memarkirkan motor, kami bergegas melewati deretan stand penjual makanan dan oleh-oleh yang penataannya sangatlah rapi. Duh, sayang sekali tidak bisa lihat-lihat dan harus berjalan dengan tergesa-gesa. Kami pun lekas mencari loket masuk.

Setibanya di loket, kami kembali tercengang (seperti saat di Eco Green Park) saat menanggapi harga tiket per orang ternyata Rp 100.000! Padahal di info sebelumnya dari penelusuran di internet bertuliskan harga per September adalah Rp 80.000/orang. Maaaak! Duit udah tiris benerr tapi udah kadung menjanjikan bocah untuk lihat berbagai mobil. Dan sama seperti di Eco Green Park, si anak pun sudah melewati 85 cm sehingga harus bayarrrr. Kami pun garuk-garuk dompet. (Makanya kalo duit tiris nggak usah ke Eco Green Park sama Museum Angkut, kemping aja sono).

Akhirnya setelah ngorek-ngorek dompet, kebeli juga tuh tiket buat tiga orang. Dan masuklah kami ke area luas nan megah itu. Pantesan aja gede banget, luasnya hampir 4 hektar. Oh iya, kalau mau memotret dengan kamera dikenakan biaya lagi Rp 30.000. Jadi kalau mau gratis, pake kamera hp ajah.

Rupanya museum yang dibuka pada Maret 2014 ini berisi beraneka alat transportasi mulai dari darat, laut, dan udara. Di bagian awal alias lantai dasar dipenuhi berbagai macam mobil antik yang bukan hanya sekedar alat transportasi melainkan mengandung nilai sejarah. Ada mobil yang pernah dipakai Presiden Soekarno hingga helikopter pertama milik Indonesia. Nah, di sini kami sempat nanya sama petugas kalau hampir semua mobil yang ada di Museum Angkut masih bisa berfungsi dengan baik. Setiap pagi petugas memanaskan mesin terlebih dulu. Hhmm.. pantes bukanya siang.

Naik ke lantai 2 kita dapat melihat beraneka transportasi yang digunakan sejak zaman dahulu. Mulai dari gerobak, pedati, delman, miniatur perahu, hingga tiruan merpati pos untuk berkirim surat. Saya paling girang waktu melihat miniatur perahu Cheng Ho dan Titanic! Alamaaak! Okeh… okeh, sampe sini pantaslah tiket masuknya mihil.

Nah, satu lagi yang saya suka di lantai 2 yaitu ada koleksi di dinding berupa beraneka koleksi perangko yang gambarnya alat transportasi dan berasal dari seluruh dunia! Di dinding yang dicat warna merah itu, banyak sekali pengunjung yang mengabadikan moment dirinya dan keluarga.

Naik ke lantai 3 masuk ke alat transportasi udara. Kita bisa melihat miniatur pesawat dan pesawat beneran di bagian luar ruangan. Bahkan kita dapat merasakan simulasi naik pesawat! Saya waktu itu penasaran banget, kira-kira mau pura-pura naik pesawat ke mana ya? Kami pun mengantri sungguhan seperti saat hendak akan memasuki pesawat. Begitu menaiki tangga dan masuk ke dalam kabin pesawat kami dipersilakan duduk tanpa harus memasang seatbelt. Rupanya dijelaskan dulu tata tertib selama di dalam pesawat dan ketika memasuki ruang di depan kami. Ternyata di ruang yang tertutup gorden itu merupakan ruang pesawat kepresidenan. Sik asyiik.. kita berasa jadi VVIP nih!

Karena waktu dibatasi, maka kami harus bisa memanfaatkan waktu untuk berfoto. Sehabis itu ya keluar lagi karena bergantian dengan antrian di belakang. Habis itu kami pun memasuki arena yang berbeda lagi, yaitu zona Batavia.

Di Zona Batavia, terdapat berbagai alat transportasi zaman dulu yang digunakan di Jakarta. Saya rasanya mau terharu pas liat plang tulisan STASIUN KOTA. Huaaa…. kami sudah sampai di Kota tanpa menempuh 15 jam! Yang ternyata itu adalah plang doank. (ya eyalah).

Lalu kembali kami berjalan, A sesekali minta gendong lalu jalan lagi, karena kami nih kan dikejar waktu ke Jakarta jadi jalannya ngebut gitu terus setiap sudut foto bentar langsung ngibrit lagi haha.

Tapi tentunya masih keburu kok foto ala-ala di Zona Eropa nan aduhai. Ada versi mini menara Eiffel, backdrop bar dan restoran Eropa, skuter yang bikin serasa di Italia, hingga box telepon ala UK dan peron 9 3/4 ala Harry Potter. Ah, dua yang terakhir ini tentu saya girang sekali!

Habis itu kami ngebut lagi melewati berbagai macam mobil (lagi) berdasarkan pembagian zona negaranya. Ya Allah saya nggak kebayang berapa duit buat ngoleksi ini semua dan ngerawatnya. Okeh, beneran deh sebanding sama tiketnya. Lalu masih ada Hollywood Zone dengan spot favorit yaitu Zebra Cross dengan latar sedemikian rupa mungkin biar kaya The Beatles. Tapiii karena ruame banget, jadi sayah nggak terlalu minat. Malah maunya pose sama taxi ala London ajah!

Udah capek kelilingnya? Masih ada lagih! Buckingham palace. Yang ini juga skip aja deh. Lalu keluar dan menuju pasar terapung. Kita juga bisa naik sampan sambil foto-foto sebenarnya. Namun, lagi-lagiiii sayangnya diburu waktu, sodara-sodara! Jadilah milih baju buat oleh-oleh pun dilakukan secara kilat padahal pas udah milih baru inget duitnya kurang.

Syudah… syudah… pulang! Kami pun ngebut balik ngambil tas ke penginapan, sampai sana sudah ditunggu Mbak Ismi beserta dua anaknya. Mereka ngebekelin oleh-oleh buat kami huhuhu semoga kapan-kapan bisa balik lagi ke kota Batu dan eksplorasi tempat yang murah-murah lagi. Aamiin.

*Foto oleh Abang.

MUSEUM ANGKUT

Alamat: Jl. Sultan Agung No. 2, Ngaglik, Kota Wisata Batu, Jawa Timur 65314

Telepon: (+62) 341 595007

Jam buka: 12.00-20.00

Harga tiket (Oktober 2017) : Rp 100.000/orang. Anak-anak dengan tinggi di atas 85 cm dikenakan biaya tiket.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top