Monday Mar 10, 2025

Apa itu COVID-19

Pertama kali saya mendengar mengenai adanya virus Corona adalah sekitar bulan Desember 2019 lalu. Saat itu merebak berita mengenai adanya virus yang menjangkiti manusia dan bisa menular dengan cepat di Wuhan, China. Virus ini termasuk dalam ketegori zoonosis alias penyakit menular yang disebabkan dari bakteri maupun virus yang menular dari hewan ke manusia.

Kabarnya virus ini berkembang dari pasar hewan di Wuhan. Pasar hewan tersebut ramai dengan berbagai jenis hewan baik mati maupun hidup yang diperjualbelikan. Diduga, virus Corona termasuk dalam keluarga virus yang menyebabkan penyakit dan berasal dari kelelawar. Juga termasuk dalam keluarga virus yang sama adalah yang juga menyebabkan penyakit SARS di dunia pada tahun 2002-2003 di beberapa negara dan juga MERS di tahun 2012.

Virus Corona yang sekarang merupakan jenis virus baru dan dinamakan COVID-19. Hal yang menjadi kekhawatiran adalah proses penyebarannya yang sangat cepat. Bisa menular lewat droplet (percikan) yang keluar dari batuk dan bersin dari penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain melalui mulut, hidung, dan juga mata. 

Gejala penyakit ini adalah batuk kering dan demam tinggi. Pada beberapa kasus juga muncul gejala hilangnya indera penciuman dan perasa makanan (anosmia). Tingkat penyebaran yang cepat menjadi berlipat karena pada beberapa kasus ada orang yang tidak mengalami gejala tersebut sehingga berpotensi tinggi menularkan pada orang lain. Jika orang yang tertular memiliki penyakit bawaan maka akan semakin berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

Jumlah penderita penyakit-baru tersebut semakin meningkat dan menyebar ke seantero China dalam waktu relatif cepat. Orang-orang yang traveling dari dan ke luar negeri pun kemudian menjadi salah satu pembawa virus (carrier). Dalam waktu sekian minggu, negara lain pun juga mengalami hal yang sama. Jepang, Korea, Inggris, Yunani, Italia, Iran, Arab Saudi, dan seantero negara yang ada di bumi semua mengalami COVID-19 sehingga WHO pun menetapkan COVID-19 sebagai sebuah pandemi.

COVID-19 menyebabkan sesak nafas dan gangguan fungsi organ lain. Terbatasnya jumlah ventilator di RS juga menyebabkan tingkat bahaya penyakit ini. Hingga 20 April 2020 menurut John Hopkins University, sudah lebih dari 170.000 orang meninggal di seluruh dunia karena COVID-19.

Karena penyebaran yang cepat dan hingga kini belum ada obatnya maka cara paling ampuh untuk saat ini adalah mengobati yang sudah sakit dan mencegah lebih banyak pasien lagi. Lalu bagaimana cara mencegah penyebarannya?

Virus menular dengan sangat cepat. Melalui dua orang yang sedang mengobrol jarak dekat, misalnya saat sedang di pesawat ataupun kereta, stasiun, dan sebagainya. Orang kedua tertular lalu ia pergi ke pasar dan belum sadar kalau sakit. Di pasar ia bertemu banyak sekali orang dalam keramaian dan tanpa sengaja menulari 10 orang. Sepuluh orang tersebut kemudian menulari 100 orang dan seterusnya. Maka cara paling ampuh untuk mencegah penyebaran adalah melarang orang-orang untuk keluar rumah.

Ada dua ledakan besar yang terjadi di Korea dan Itali. Pada kasus di Korea, seorang pasien menolak untuk diisolasi dan malah pergi ke sebuah gereja. Di gereja itulah kemudian muncul klaster baru dan menulari seantero Daegu. Sementara di Itali, pemerintah sudah menyuruh orang-orang untuk berdiam di rumah namun 10.000 orang malah pergi berlibur dan kemudian menimbulkan ledakan kasus baru hingga RS-RS di Itali kewalahan. Bahkan ada yang berpendapat kondisi di sana mirip seperti perang. Perawat harus memutuskan mana yang masih bisa bertahan dan diberi ventilator dan mana yang tidak. Sangat menyedihkan sekali.

Pemerintah-pemerintah di seluruh negara pun melarang berkumpul-kumpul, kantor dan seluruh sekolah diliburkan, tempat hiburan dan bahkan tempat ibadah pun ditutup. Semua demi mencegah penularan yang lebih besar.

Indonesia mengumumkan dua kasus pertama yang masuk di negara ini pada awal Maret 2020. Dan dalam sebulan pasien terus bertambah. Karena itu kita harus belajar dari kedua negara yaitu Italia dan Korea, yaitu dengan sebisa mungkin berdiam di rumah. 

Mari, bersama-sama bertawakal mencegah penularan dengan menghindari kerumunan yang tak perlu dan diam di rumah. Semoga Allah selalu melindungi kita dan bangsa Indonesia. Aamiin allahumma aamiin.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top