Wednesday Nov 06, 2024

Tips persiapan kemping bareng anak

*Ditulis pertama kali tahun 2016

Mungkinkah kemping di alam bebas dapat dilakukan bersama anak? Tentu saja mungkin! Kemping bersama anak bisa dilakukan asalkan membutuhkan banyak persiapan yang matang. Mulai dari packing, simulasi kemping sebelum hari H, hingga rencana dari A-Z ketika hari H agar rencana kemping bersama anak berjalan lancar tanpa hambatan. 

Mau pilih saat musim kering atau musim hujan? 

Kemping pertama kami dengan A yang berusia menjelang 2 tahun dilakukan saat musim hujan sementara kemping kami dengan baby N yang berusia 7 bulan adalah saat musim kemarau. Saya cerita yang pertama dulu aja ya.

Berikut tips kemping bersama anak saya menjelang usia 2 tahun di musim hujan dan berlokasi di Cibodas dengan suhu udara yang bisa menjadi sangat dingin di malam hingga dini hari:

Kemping atau berkemah di musim hujan memiliki resiko dan tantangan. Jalur trekking yang licin, cuaca yang tidak menentu, curah hujan yang lebih sering, dan pastinya harus memiliki persiapan yang sangat matang. Apalagi jika berkemah di musim hujan ini dilakukan dengan membawa anak.

Beberapa orang (atau mungkin banyak) akan menyebut kami (terutama saya) adalah orangtua yang egois. Anak belum 2 tahun kok diajak kemping?! Musim hujan lagi! Anggapan ini terutama terjadi di alur keluarga yang tidak memiliki riwayat ketertarikan pada aktivitas luar ruang atau outdoor seperti yang terjadi pada saya. Biarlah. Toh kami melakukan perjalanan ini bukan sekedar ikut-ikutan. Ini sudah jadi incaran kami sejak dulu kala. Khususnya saya, yang memimpikan kemping sejak bertahun-tahun lamanya.

Kami pun tidak serta merta memilih medan berbahaya untuk menjadi tujuan kemping pertama kami dengan A. Naik gunung hingga puncak tinggi-tinggi? Ah, nanti dulu. Cukup kemping ceria saja lah.

Persiapan kemping pun harus dilakukan maksimal di musim hujan ini. Sebelumnya saya membaca dulu berbagai tips dan tulisan mengenai kemping atau berkemah di musim hujan dan juga tips kemping perdana dengan anak. Dan inilah poin persiapan yang kami lakukan untuk melakukan perjalanan kemarin:

  • Packing

Sama seperti waktu ke Taipei, kami membungkus pakaian, handuk, jaket, dan segala barang dalam zipper lock. Selain supaya air tidak bisa tembus ke dalam, udara dalam plastik yang bisa diminimalisir akan membuat space di dalam tas nantinya akan bisa dihemat. Maklumlah bawaan bakal segambreng.

Kami memilih untuk memasukan pakaian dan handuk dengan cara digulung supaya tidak mudah lecek. Memang masih kusut juga sih tapi lebih mendingan daripada kalau dilipat. Packing dengan cara menggulung ini juga menghemat tempat. Pakaian A, saya, dan Abang dipisahkan di masing-masing plastik supaya tidak terpencar. Lalu jaket A dan selimut tebalnya dijadikan satu plastik dan diletakkan di kompartemen bawah daypack, bersama dengan popok A supaya mudah diambil ketika diperlukan.

Rincian keperluan A untuk kemping adalah:

  1. Jaket biasa
  2. Jaket tebal (pilih yang bagian dalamnya hangat atau polar)
  3. Celana panjang dan pendek. Celana panjang untuk dipakai saat malam atau pagi hari ketika dingin, sementara siang bisa pakai celana pendek untuk main-main
  4. Piyama
  5. Baju lengan panjang dan pendek. (idem dengan celana panjang). Sebaiknya baju dan celana tersebut dilebihkan sebagai antisipasi saat basah atau ketumpahan makanan, dan lain sebagainya
  6. Popok. Juga jangan bawa ngepas alias dilebihkan.
  7. Obat-obatan yang meliputi obat penurun demam, thermometer, kompres instan, hansaplast, dan oralit.
  8. Selimut
  9. Mainan kesukaan. Supaya A senang kami juga membawa mobil-mobilan dan tiga buah buku favorit yang ia pilih sendiri. Tidak lupa mainan dan buku tersebut juga dibungkus plastik supaya tidak kehujanan. Plus terima kasih untuk Tika dan Fendi yang siap sedia membawa balon tiup!
  10. Kaos kaki
  11. Apron
  12. Topi kupluk
  13. Sepatu boots

Oh iya, supaya tidak ada yang ketinggalan buatlah daftar rincian barang yang akan dibawa setidaknya dua hingga tiga hari sebelumnya dan hindari packingsecara terburu-buru (kecuali kamu memang sudah expert packing deh). Kami membawa dua tas. Satu keril Deuter berisi pakaian dan kebutuhan saya juga A, satu lagi dengan keril besar yaitu pakaian Abang, tenda, matras, sleeping bag, minuman, dan cemilan.

  • Jas hujan

Di musim hujan begini tentu saja perlengkapan kami harus ditambah dengan satu lagi yaitu jas hujan. Di menit terakhir syukurlah Abang mendapatkan jas hujan untuk anak meski untuk A masih kepanjangan.

  • Precondition dan simulasi kemping di rumah selama 1 hari 1 malam

A selalu butuh adaptasi lebih lama untuk setiap hal baru. Ia akan cenderung menolak segala hal baru. Bahkan meski hal baru tersebut hanyalah berupa selimut yang baru saya beli. Maka kami pun melakukan simulasi kemping dengan cara menggelar tenda di dalam rumah. Kami juga menyetel video “camping with kids“. Sambil menonton kami memberi tahunya lebih dulu (precondition) apa-apa yang nantinya akan kami lakukan saat kemping, dan bahwa kami akan tidur di tenda dan bukannya di kamar. Saya juga semakin sering membacakan buku bertema gunung, sungai, air terjun dan sebagainya untuk A. Sementara buku tentang hujan sudah ia hafal di luar kepala karena itu sudah jadi salah satu buku pertamanya sejak ia belum bisa berbicara.

Esok harinya, ketika tenda sudah didirikan di ruang tamu ia menggeleng untuk masuk ke dalam. Tapi lama kelamaan ia malah minum susu dan baca buku di dalam tenda. Syukurlah siang harinya Mas Daff pun datang maka mereka asyik saja tidur-tiduran di dalam tenda.

  • Pemilihan tempat

Alasan kami ikut dalam trip kemping ceria ini juga karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta (meski ternyata waktu tempuh bergeser jauh karena macet tak berkesudahan). Tapi setidaknya lokasi kemping ini juga sudah pernah saya dan Abang datangi sehingga kami tidak “buta” total tentang medan tujuan. Ini sudah kunjungan ke-4 saya ke lokasi tersebut sehingga meski kali ini adalah kemping yang pertama dengan A semoga bisa mengusir kekhawatiran yang selalu berhembus sejak kami berangkat.

  • Pergi bersama orang yang berpengalaman

Delapan dari sembilan orang yang ikut adalah mereka yang sudah beberapa kali melakukan perjalanan panjang setidaknya 8 hingga 14 hari di tengah pegunungan, sudah pernah dan biasa kemping, juga kenal dengan ranger setempat. Di antara 8 orang tersebut pun ada yang juga membawa anak dengan usia hanya berbeda 1 bulan dengan A. Meski begitu kami tentu saja tetap tidak boleh meremehkan dan menganggap perjalanan ini adalah sesuatu hal yang gampang!

  • Perbekalan optimal

Kami membawa serta roti kesukaan A, juga membawa susu dengan stok cukup banyak. Sayangnya kantong plastik berisi susu bubuk sepertinya terjatuh sebelum kami menggelar tenda. Inilah salah satu hal di luar rencana yang kemudian ikut menyebabkan A histeris. Susunya nggak adaaa!

  • Trekking pole

Demi meminimalisir beban pada lutut dan daripada trekking pole Abang udah dibeli tapi nganggur di rumah ya udah bawa ajah.

  • Brace

Setelah nyeri pinggang selama setidaknya 3 hari pasca kondangan ke pernikahan Aisya tanpa Abang sehingga saya menggendong A selama kondangan kurang lebih 2 jam, dokter menyarankan agar saya menggunakan brace kembali untuk skoliosis saya. Setelah kunjungan ke dokter dan sakit di pinggang yang selalu timbul setiap melangkahkan kaki, saya iseng mencoba lumbar corset milik ibu. Setelah beberapa jam nyeri pinggang berangsur menghilang.

Pada kemping perdana ini A memang akan digendong Abang namun saya juga harus siap jika tiba-tiba A minta digendong oleh saya dan juga ditambah nantinya saya akan membawa tas sendiri, maka saya pun memutuskan untuk mengenakan lumbar corset tersebut demi meminimalisir posisi tubuh yang tidak benar dan beban pada tulang belakang. Saya tidak bilang kalau lumbar corset bisa menggantikan fungsi brace ya, namun pada kasus saya sekarang keluhan yang sering muncul adalah pinggang, bukan punggung seperti dulu.

  • Memilih gendongan yang tepat

Ada dua pilihan yang jadi pertimbangan saya dan Abang, yaitu Bobita Wrap atau Boba Air. Dulu A betah saja digendong dengan Boba Air tapi akhir-akhir ini cenderung menolak maka saya mengeluarkan Bobita Wrap dari lemari. Meski sebenarnya mikir juga dengan kondisi kainnya yang luar biasa panjang dan akan menyulitkan jika membetulkan gendongan di jalur trekking. Namun si Bobita wrap ini memang benar adanya membagi rata semua beban ke seluruh tubuh sehingga tidak pegal.

Begitu A melihat cara pakainya yang dililit-lilit dan diberi tahu bahwa ia harus saya gendong seperti kangguru, A menolak mentah-mentah dan menyuruh saya melipat kembali Bobita Wrap tersebut. Halah… Kami pun akhirnya memutuskan membawa dan menggunakan Boba Air.

  • Izin dan doa restu

Iyes, meski sebelum berangkat sempat mendapat pertentangan dari orangtua dan ditelepon bolak-balik tapi kami tetap memohon izin untuk berangkat dan minta doa semoga perjalanan lancar jaya dan pulang dengan sehat dan selamat. Aamiin.

Jpeg

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

2 thoughts on “Tips persiapan kemping bareng anak

  1. Feel you mba, saat keluarga menentang keputusan utk ga jalan Krn mereka menganggab bahaya, ga guna dll. Ngerasain banget pas aku dulu mutusin utk ttp traveling ke Beijing di saat hamil, atau pas kemarin aku ke Korea Utara bareng temen2. Pada ngomong cari mati lah dll 🤣.

    Padahal bagi traveler seperti kita, tempat yg jarang orang2 mau datangi, justru jadi tantangan tersendiri. Aku pun kalo misalnya utk kemping lebih milih musim hujan drpd panas. Ga kuat panas soalnya 🤣. Kalo traveling aja aku selalu winter 😄

    Tapi salut sih ngajakin anaknya kemping pas 2 tahun. Aku cuma mikir gendongnya aja mba, encok kayaknya 😂. Tapi kalo skr, anak2ku udh gede sih, jadi kalo diajakin kemping aku mau2 aja.

    • Haha ya benar ya. Memang tetap kita dengarkan sebagai saran, tapi selebihnya kita yang menjalani. Duh, aku belum pernah lihat salju hehe pengin bangeeet!
      Iyah, betul encok hahaha. Kapan-kapan coba kemping pasti seruuu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top