Menjadi seorang Newt Scamander

Sewaktu pertama kali tak sengaja membaca mengenai Newt Scamander dan dugaan asperger syndrome oleh beberapa reviewer, saya malah merasa menatap Newt seperti melihat diri saya sendiri.
Awkward. Kikuk. Dan kalau di saya merasa diri aneh karena berbeda. Entah Newt merasakan hal yang sama atau tidak untuk yang terakhir itu.

Dari film pertama Fantastic Beast and Where to Find Them, beberapa mengambil kesimpulan bahwa karakter Newt berbeda dari orang kebanyakan (meski Jo tidak pernah menyampaikan hal tersebut).
Newt terlihat tidak menatap mata lawan bicaranya, sering menunduk, sulit mengekspresikan apa yang ia rasakan, dan belakangan di film ke-2 ia juga tidak suka dipeluk meski oleh saudara laki-lakinya.
Bahkan ada juga yang mengaitkan Newt dengan autism. Namun karena (sekali lagi) tidak ada kejelasan karakter mengenai hal tersebut dari si penulis sendiri, ada juga yang menulis bahwa karakter Newt tersebut lebih kepada bahwa ia memiliki rasa percaya diri yang cukup rendah karena obsesinya terhadap makhluk-makhluk aneh yang oleh orang lain dianggap tidak penting.
Saya cenderung pada pendapat yang terakhir itu. Dan karenanya merasa mirip saya.
I sometimes feel so awkward when my fam saw me walking silently to get close to butterfly or capture the bird.
Meski jika berada di lingkungan komunitas dengan hobi yang sama tentunya saya merasa baik-baik saja, namun sepertinya perasaan tidak nyaman dan merasa kikuk ini karena rasa tidak percaya diri akibat sebelumnya saya pernah dijuluki “payah” dan dimarahi oleh orang terdekat hanya karena berada di lingkungan yang saya sukai tersebut.

Apakah kecintaan terhadap sesuatu yang tidak jamak dilakukan ini salah? Harusnya tidak, jika memang hal tersebut membawa manfaat dan kebaikan.
So, dear my self, no need to feel shy or awkward anymore, please.
But it also pretty fine to see Newt and his characteristics. It feels like seeing my ownself.

