Sunday Sep 08, 2024

Berkunjung ke Sea World Ancol (tahun 2018)

Sejak sekitar bulan Maret, A mulai membaca buku mengenai ikan hiu. Sebelumnya memang sudah pernah membaca buku fiksi anak tentang cerita ikan-ikan di lautan. Namun entah kenapa dengan buku non fiksi ikan hiu itu begitu membekas buatnya. Padahal tadinya saya ragu karena tulisan di buku tersebut cukup banyak sehingga saya khawatir dia malah bosan dengerin saya ngoceh. Lha, ternyata malah sebaliknya. Ia malah meminta buku tersebut dibacakan lagi dan lagi. Sejak itulah ia kemudian jatuh hati pada ikan hiu martil.

A lalu bertanya di mana ia bisa lihat ikan hiu. Saya bilang kemungkinan harus menyelam atau ke aquarium air laut. Ia lalu ingat di halaman terakhir buku juga terdapat keterangan mengenai aquarium raksasa berisi ikan hiu. Ia juga kemudian langsung mencari-cari buku cerita terkait Sea World Ancol yang berbulan-bulan sebelumnya ia dapatkan dari kakak sepupunya. Rupanya ia sedang menggali-gali ingatan bacaannya.

A kemudian mengajak kami pergi ke Sea World. Saya bilang tiketnya mahal jadi harus menabung dulu. Ia kemudian sering sekali merengek meminta pergi ke Sea World Ancol. Karena kami memang tidak mau dan tidak bisa untuk secara langsung mengabulkan seluruh permintaannya dalam sekejap, maka saya mengajak A untuk berdoa terlebih dulu. Berdoa agar ia bisa pergi ke Sea World bersama kami, berdoa supaya ada rezeki agar kami bisa membeli tiket ke sana.

Selama dua bulan berikutnya, A gencar menabung. Ia selalu berkata bahwa uang yang kami berikan dari penyisihan belanja sayur ataupun membeli telur di warung itu untuk pergi ke Sea World.

Selama dua bulan itu pula, ia semakin sering meminta dibacakan buku ikan hiu yang sama dan juga pada akhirnya ia menonton beberapa video dokumenter di Youtube terkait ikan hiu dari National Geographic dalam batas waktu yang sudah ditentukan.

A selalu berkata bahwa jika ke Sea World ia ingin bertemu ikan hiu martil. Ia juga ingin sekali membeli boneka ikan hiu martil. Waktu saya tanya pada Abang, “Emang ada boneka hiu martil?”. Abang menjawab, “Ada.”

Saya tanya lagi ni bocah tahu dari mana? Ternyata mereka berdua sempet juga nonton vlog orang yang lagi berkunjung ke Sea World dan lalu di video itu kesorot toko sovenir tempat deretan boneka ikan hiu berada. Oalaaah!

Hampir dua bulan lebih berlalu dan menjelang beberapa minggu menuju bulan Ramadhan, saya akhirnya berpikir bahwa mungkin ini waktunya mengajak A ke Sea World. Toh ia sudah belajar menabung dan belajar bahwa jika menginginkan sesuatu tidak bisa langsung saat itu juga kami kabulkan tapi harus ada prosesnya.

Saya pun iseng-iseng mencari tiket murah. Maklum saja ya, biaya tiketnya Rp100.000 lebih per orangnya. Syukurlah ternyata memang sedang ada promo. Saya beli di Lakupon dengan harga hampir setengahnya. Lumayan banget!

Hari Sabtu itu akhirnya kami bertiga menuju Sea World menggunakan Bus Transjakarta. A menyadari bahwa rute yang kami tempuh cukup jauh sehingga ia terus bertanya berulang-ulang kenapa kami belum sampai. Akhirnya ia tertidur di pangkuan dan baru terbangun menjelang bus tiba di pemberhentian terakhir.

Dari halte bus TJ, kami menuruni tangga penyeberangan dan menunggu di halte yang sudah tersedia. Karena sudah lama tidak ke Ancol kami jadi nggak hafal harus naik apa ya di dalam itu. Beberapa supir taxi mulai menawarkan jasanya untuk mengantar. Petugas yang lain berkata bahwa ada juga bus gratis yang sudah disediakan tapi penuh sekali.

Akhirnya, yaaa kami pilih yang gratis 😂.

Benar saja, pas bus datang penuhnya sampai ke pintu. Tapi tidak berapa lama ada keluarga yang turun di Atlantis dan lebih banyak lagi yang turun di Dufan.

Kami turun di dekat gelanggang samudera lalu berjalan kaki lagi ke Sea World dengan jarak tidak terlalu jauh. Hingga akhirnya mulai terlihat semarak lukisan dan berbagai dekorasi biota laut.

Oh, i wish you could see A’s happy face at that time!

Kami pun menukar tiket yang dibeli secara online di loket lalu mengantri di pintu masuk. Begitu sampai di dalam, A malah sempat takut karena suasana yang gelap. Ia hampir kabur saat diajak ke aquarium ikan Arapaima. Tapi syukurlah rasa takutnya hanya sebentar. Teralihkan ketika kami datang rupanya sedang ada sesi pemberian makan di aquarium utama. Dua orang penyelam terlihat dari jauh sedang memberi makan ikan pari yang meliuk-liuk. Jarak kami yang cukup jauh tak mengurangi ketertarikan A.

Sesudah itu ia sibuk mengoceh tentang ikan hiu, kuda laut, dan ikan pari. Ia terlihat bengong sewaktu kami masuk ke terowongan aquarium.

Akhirnya ia bisa melihat ikan hiu martil kesayangannya secara langsung. Kami juga bersyukur saat berada di dalam terowongan dan sempat berbelok di sudut, ada ikan hiu yang diam di dasar tepat di depan kami.

Awalnya kami nggak ngeh itu hiu apa. Kami hanya bengong saja ada hiu yang diam saja tepat di depan kami. Hanya terhalang dinding kaca. A juga sampai bengong. Saya lalu memerhatikan bagian ekornya yang panjang. “Waaah ini hiu penebah!” Ucap saya dan Aba. Ekornya mirip sekali memang seperti yang kami lihat di buku milik A. A pun lantas mengangguk-angguk takjub.

Kami lalu singgah lagi di bagian biota laut dalam. Nah, kalo di sini dia makin banyak takutnya hehe. Apalagi pas beneran lihat ikan pari mas raksasasa yang sudah diawetkan itu, yang selama ini ia lihat saja di buku. Selain itu juga ada gurita dan ikan-ikan lain yang bentuknya aneh-aneh karena berasal dari laut dalam.

Sampailah kami di bagiaaaaan souvenir! Kirain bocah lupa sama keinginannya beli boneka hiu martil, ternyata nggak! Kami ke bagian boneka hiu dan beneran ada tuh benda yang diidam-idamkan. Okelah, wong belinya pake duit tabungan dia. Tapi pakai perjanjian dulu sama bapake.

Berhasil beli dan si bocah girang bener megangin bonekanya! Dia bilang ikan hiu ini mau dipersatukan dengan lumba-lumba yang udah lebih dulu ada di rumah. Yo wess sakarepmu lah.

Kami keluar dari Sea World dengan niat nantinya masuk lagi, bumil laper cyin!

Di luar rupanya semua bangku sudah terisi. Tapi nggak lama ada yang bangun dan duduklah kami di sana. Memakan bekal yang saya buat seadanya. Spaghetti sama sosis.

Pas saya lagi makan, A minta pulang! Ealaaah, udah dapet hiu jadinya minta pulang!

Kami membujuknya supaya mau masuk lagi. Udah jauh-jauh, mahal-mahal, ya masak cuma bentaran doank. Akhirnya dia pun mau masuk lagi.

Kami mengulangi rute berjalan dan kali ini dapat kesempatan lihat ikan arapaima berebut dikasi makan. Tapi nggak ada penyelam yang masuk ke aquarium karena bisa pingsan kalo kena sabet ekornya!

Habis dari situ saya meminta balik lagi ke bagian terumbu karang dan anemon, tempat ikan nemo kecil berada, tempat mimpi-mimpi saya yang tak tercapai tumpah ruah semua.

Keliling-keliling lagi lihat aquarium yang serupa mobil dan boks telepon, hingga akhirnya kami memutuskan pulang. Sebelumnya shalat dzuhur dulu di mushola yang tersedia dekat Sea World.

Itulah cerita saat A mengunjungi Sea World Ancol. Sekarang, kami kadang pusing menjawab pertanyaan A tentang, “Kapan kita ke Sea World yang di Amerika itu?”

Berdoa aja dulu ya, Nak.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top