A dan buku burung
(Ditulis tahun 2016)
Masih adakah yang ingat google doodle tanggal 9 Juni lalu yang menampilkan seseorang yang sedang meneropong ke arah burung-burung di pohon? Yap, google doodle hari itu ditujukan untuk mengenang Phoebe Snetsinger, yaitu seorang pengamat burung yang sudah membuat daftar 8000 spesies burung di alam liar.
Kegiatan pengamatan burung atau birdwatching rasanya masih terdengar cukup asing di kalangan masyarakat Indonesia. Di negara ini, pada umumnya masih banyak yang menjadikan burung sebagai hewan peliharaan di rumah sementara para pengamat burung (birder/birdwatcher) berkeyakinan bahwa burung diciptakan untuk terbang dan hidup bebas di habitat aslinya dan bukan di dalam kandang.
Kegiatan birdwatching saya kenal pertama kalinya saat mengikuti sebuah komunitas ketika masa-masa mengerjakan skripsi. Saat itu lokasinya adalah di sebuah area mangrove di Jakarta Utara. Kami mengamati tingkah laku burung di alam bebas, mengenali suaranya, bentuk fisiknya, cara terbangnya, hingga makanannya. Lalu sejak itu, saya ketagihan!
Namun, kesempatan untuk terus berkegiatan di alam bebas masih merupakan hal yang langka buat saya. Sementara untuk bisa menghafalkan jenis dan mengenali-burung-hanya-dari-suaranya-saja membutuhkan jam terbang yang tinggi. Maka jadilah hingga sekarang cakupan saya tetap di lingkungan rumah dan hanya sedikit spesies burung yang saya tahu. Kalau sedang di kebun biasanya saya celingukan ke atas pohon dan merasa sangat beruntung ketika menemukan burung yang sedang hinggap dan berpindah ke cabang pohon yang lain.
Namun meski pengalaman masih minim, hal itu tidak mengurangi keinginan saya untuk sesekali mengikuti kegiatan pengamatan di taman atau hutan kota bersama kawan-kawan pengamat lain yang kemampuannya jauh di atas saya. Termasuk juga mengikuti kegiatan pengamatan di Taman Kota Tebet saat saya sedang hamil 7 bulan dan setahun kemudian mengikuti seminar dan pengamatan langsung di Bandung dengan membawa serta A yang saat itu berusia 11 bulan. Dan kini, saya berusaha mengenalkan burung di alam bebas pada A melalui buku-buku bacaan.
Maka inilah beberapa buku bacaan yang mungkin bisa jadi referensi untuk para ibu lain yang ingin mengenalkan burung pada anak. Beberapa buku bacaan tidak tergolong baru karena sebenarnya merupakan koleksi saya saat kuliah yang gemar berburu buku di toko buku bekas, ada juga yang saya dapat secara gratis dari seminar mendongeng ketika lulus kuliah. Saya tidak menyangka buku-buku tersebut akan sangat disukai anak saya bertahun-tahun kemudian.
- First books: Birds. Penerbit: Rising Sun
Ini adalah buku berjenis hardbook sehingga bisa dikenalkan sejak usia bayi. Ukurannya pun kecil dan mudah untuk dipegang. Karena memang merupakan seri “First Book” maka isinya hanya mengenalkan berbagai jenis burung dalam bahasa Inggris.
- Burung (seri pengamat alam liar) oleh Terry Jennings
Penerbit: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Tahun terbit: 2010.
Saya paling suka buku ini karena di dalamnya cukup rinci menguraikan mengenai dunia per-burung-an. Karena merupakan bagian seri pengamat alam liar, di awal-awal buku juga diuraikan mengenai bagaimana menjadi pengamat burung. Barulah halaman selanjutnya membagi burung berdasarkan habitatnya; burung kota, burung hutan, burung air, dan seterusnya. Gambar-gambar dalam buku ini cukup besar dan dicetak secara jelas. Di dalamnya memang terdapat banyak tulisan sehingga lebih cocok untuk anak SD sehingga saya hanya menunjukkan jenis-jenis burungnya saja pada anak saya. Misalnya menunjukkan cara burung makan, memberi tahu warna dan bagian-bagian tubuh burung seperti paruh, cakar, dan sebagainya. Dari buku inilah ia kemudian menjadi hafal dengan gambar burung hantu.
- Burung (seri pengetahuan anak).
Penerbit: Citra Adi Bangsa. Tahun terbit 2007
Kalau buku sebelumnya membagi burung berdasarkan habitatnya, maka yang ini berdasarkan ciri fisik burung. Sayangnya, bagi saya, pembagian ciri fisik ini masih kurang jelas. Jilidan buku pun tidak terlalu kuat sehingga sekarang setelah bolak-balik dibaca, halaman-halaman buku pun cepat sekali lepas. Namun gambar-gambar pada buku ini dicetak dalam ukuran besar sehingga menarik anak. Sekarang A sudah bisa bertanya balik pada saya, “Ni apa?” sambil menunjuk gambar paruh pada burung Elang.
- Burung hantu oleh Andrienne Mason.
Penerbit: PT Elex Media Komputindo. Tahun terbit: 2004
Sesuai judulnya, buku ini memang hanya membahas satu jenis burung saja yaitu burung hantu, disertai dengan ciri fisik, makanan, dan jenis-jenis burung hantu yang ada di berbagai negara. Karena saya selalu bernyanyi lagu “Burung hantu” setiap muncul gambar burung tersebut, A jadi hafal yang mana gambar burung hantu dan ia pun lebih dulu bernyanyi bagian reff-nya saja, “Kukuk… kukuk” sambil badannya digoyangkan kiri dan kanan.
5. Bird colors oleh Laura Gates Galvin.
Penerbit: Studio Mouse. Tahun terbit: 2007
Buku ini merupakan seri buku Elmo Sesame street dan merupakan tipe hardbook sehingga cocok jika dikenalkan sejak bayi. Tulisannya tidak terlampau banyak karena memang hanya mengenalkan warna-warna yang ada pada berbagai jenis burung. Bagian ujung buku dibuat melengkung sehingga tidak tajam untuk anak.
6. Ruby bisa terbang oleh Jonathan Emmet dan Rebecca Harry.
Penerbit: PT Mizan Pustaka. Tahun terbit: 2005
Kalau ke-5 buku tadi adalah buku pengetahuan, buku yang ini adalah buku fiksi. Cerita dalam buku ini menguraikan mengenai anak bebek yang bernama Ruby yang dalam beberapa hal lebih terlambat dibanding saudara-saudaranya yang lain. Pesan dalam cerita ini adalah supaya kita tidak membandingkan anak dengan yang lainnya. Ilustrasi dalam buku ini sangat menarik dan penuh warna. Buku inilah yang pertama kalinya membuat A hafal pada bentuk bebek.
——————————————————————–
Itulah buku-buku yang saya bacakan pada A untuk mengenalkan burung dan sejenisnya. Saya tidak ingin memaksakan dirinya agar memiliki hobi yang sama seperti saya melainkan dengan tujuan semoga ia memahami dan mencintai lingkungan mulai sekarang dan seterusnya.
Saya ingin ia ngeh bahwa burung memegang peranan penting di alam, misalnya saja membantu menyebarkan biji buah dan serbuk bunga, menjadi role model pesawat, hingga menjadi indikator apakah sebuah kota layak ditinggali oleh manusia. Hal paling utama adalah burung menjadi bukti kebesaran Sang Maha Pencipta.
Suatu hari nanti semoga saya bisa menunjukkan padanya burung yang bermigrasi dari belahan bumi utara dan terbang menyeberangi samudera menempuh jarak ribuan kilometer untuk menghindari musim dingin dan mencari tempat yang lebih hangat, salah satunya yaitu menuju Indonesia.
Jadi, siapa lagi yang juga mau mengenalkan burung di alam bebas?
Catatan:
*Saya harus mulai membiasakan untuk tidak memanggil A dengan panggilan “Dede”. Karena si bocahnya sampai sekarang selalu beranggapan bahwa ia masih bayi! :))
One thought on “A dan buku burung”