Melewati jembatan gantung Baishihu di Neihu
Sebagai negara dengan mayoritas penganut Budha, maka sangatlah mudah untuk menemukan kuil di Taiwan. Ada yang terletak di tengah kota, ada juga yang terdapat di bukit atau dataran tinggi seperti Bishan Temple yang kami kunjungi ini. Di dekat kuil tersebut terdapat sebuah jembatan yang bernama Baishihu suspension bridge yang sesungguhnya merupakan tujuan utama kami karena seperti yang terlihat dalam leaflet panduan wisata Taiwan, jembatan tersebut cukup menarik untuk dikunjungi.
Kami menuju kuil ini di hari ke-4 secara terburu-buru sebelum mengejar shalat jumat di masjid Agung Taipei. Meski masih berada di area Neihu district tempat kami tinggal, namun karena letaknya di perbukitan kami harus menyambung bus sebanyak 2 kali dahulu setelah turun di stasiun Neihu untuk bisa sampai di area Bishan temple ini. Karena membawa cukup banyak rombongan dan waktu yang mepet kami akhirnya memutuskan untuk naik taxi saja hingga ke area parkir jembatan.
Jalur menuju Bishan temple berkelok-kelok layaknya area Puncak di Jawa Barat. Dari sini kita bisa melihat perbukitan yang masih terjaga dan terkelola dengan baik. Kita juga akan melewati beberapa kuil sebelum sampai di jembatan.
Setelah tiba di lokasi kita akan melewati Baishihu suspension bridge terlebih dulu jika ingin menuju Bishan Temple yang letaknya lebih tinggi lagi.
Hati-hati ketika melangkah melewati jembatan dan menaiki undakan menuju kuil ya. Jembatan goyang ini memang memiliki pemandangan yang seru. Ijo royo-royo di sekitar dan bawah jembatan. Apalagi kalau tahu area ini jaman dulunya adalah bekas lahan tambang. Pada beberapa artikel yang saya baca sepulangnya ke Jakarta malah disebutkan ada area petik stroberi di daerah dekat jembatan.
Sayangnya setelah melewati jembatan, anak kami sudah mengantuk dan tidak memungkinkan untuk menaiki undakan lagi menuju kuil sehingga kami pun berhenti di ujung jembatan saja.
Etapi ini saya lumayan jiper juga gara-gara ada tanda “beware poisonous snake” di semak-semak haha. Tapi kalo kata tante saya mah biasanya nggak ada, tanda itu supaya berhati-hati saja karena orang Taiwan lebih suka tindakan preventif. Wallahu alam tapi yang jelas saya nggak jadi naik ke kuil padahal pas saya searching ternyata view dari atas kuil tuh keren pisan! Hiks…
Habis itu kami menyeberangi jembatan sambil tetap foto-foto lagi.
Untuk kembali menuju kota, kami menggunakan bus wisata yang menjemput di halte yang sudah disediakan. Jam kedatangan bus dapat dilihat secara langsung pada layar yang ada di halte. Tidak jauh dari halte ada gerbang dengan arsitektur khas Tiongkok.
Pada layar yang terdapat di halte kita bisa tahu berapa lama lagi bus akan datang. Dan benar saja, bus menjemput tepat waktu. Selain rombongan kami hanya ada dua kakek yang sepertinya habis dari kuil di dekat lokasi Bishan temple.
Meski hanya merupakan bus pengantar di perbukitan alias bukan bus utama di kota, namun bus tetap terawat dan bersih. Juga tetap tersedia bangku prioritas dan ramah untuk difabel dengan jarak naik pada pintunya yang tidak tinggi.
Karena hari itu adalah hari jumat, maka setelah sampai kota kami lanjut naik taxi lagi dan ngebuts ke Masjid Agung. Wuuzzzz.
Baca juga: Shalat di Taipei Grand Mosque