Berkunjung ke Arca Domas di Bogor, Jawa Barat
Kami telat karena baru berangkat dari rumah pukul 6. Begitu tiba di stasiun dan menaiki tangga ternyata baru saja kereta berangkat 2 detik sebelumnya di hadapan kami. Maka kami pun harus menunggu kereta kembali hingga pukul 06.20.
Saat kereta yang kami naiki sampai di stasiun Bojong Gede rupanya ada kendala teknis hingga penumpang harus menunggu kurang lebih 15 menit. Waktu sudah pukul 7 sementara kereta kami belum juga bergerak. Ketika Abang memberi tahu Dinar dan Yoki, pihak panitia, terkait keterlambatan ternyata kami baru sadar kalau jadwal kumpul adalah pukul 8 dan semua baru akan berangkat menuju lokasi pada pukul 9. Oalaah ternyata kami bukan telat, tapi kepagian.
Hingga akhirnya di titik kumpul stasiun kami jadi yang paling pertama datang. Bahkan Dinar dan Yoki juga dua anaknya belum tampak. Jadilah kami ngeteh sambil makan kue dulu dan lari-larian.
Peserta yang datang bertambah satu demi satu. Hingga akhirnya pukul 09.30 barulah seluruh peserta komplit. Jumlahnya sekitar 15 orang, termasuk tiga keluarga yang membawa anak.
Kami pun menuju tiga mobil pribadi yang sudah disewa khusus untuk hari itu menuju area situs. Dan dimulailah perjalanan menuju Tenjolaya.
Jalurnya ternyata melewati Laladon dan tidak jauh dari Curug Luhur yang (diam-diam) saya kutuk karena air terjun tersebut yang seenak udel dirubah jadi waterpark. Semoga saja nanti bukan curug ini yang kami tuju. Saya sibuk merapal doa tersebut dalam hati. Setelah mengunjungi situs memang ada jadwal bermain di curug yang katanya berdekatan lokasinya.
Kami melewati jalur berkelok dan rumah-rumah warga. Beberapa kali mobil kami berpapasan dengan pengendara motor yang membawa kardus sepatu dalam jumlah banyak sekali. Sepertinya ada industri rumahan sepatu di dekat situ.
Mobil pun parkir di depan rumah warga dan kami disambut sapaan oleh Gunung Salak yang menjulang. Dari sini kami akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
A sudah diberi tahu kalau hari itu kami akan trekking. Karena melihat foto Dinar di hari sebelumnya dengan kondisi tanah yang becek, maka kami pun menyarankan A memakai sepatu boots. Ia pun setuju.
Sepanjang perjalanan kami banyak menjumpai tanaman paku, bunga semak tusuk konde alias wedelia alias trailing daisy (Sphagneticola trilobata), juga bambu. Beberapa kali saya menjumpai kupu-kupu Ypthima sp. Pada saat itu pula di langit sekitaran Gunung Salak, saya melihat satu ekor elang yang sedang soaring lalu menghilang.
Kami bertiga jadi yang paling terakhir di rombongan karena kebanyakan hahihi dan foto-foto. A pun banyak bertanya ini itu. Pada sebuah titik ia menunjuk Gunung Salak sambil bilang: βBesok kita naik gunung itu yaaa.β
Beberapa menit kemudian, ia pun minta digendong.
Setelah kira-kira 30 menit kami akhirnya tiba di situs pertama yang bernama Situs Balekambang.
Di situs Balekambang ini terdapat beberapa titik punden berundak, menhir, dan dolmen. Batu-batunya sudah tidak bersusun bertingkat alias sudah berantakan. Namun kita masih bisa melihat menhir yang tegak berdiri di tempat tersebut. Hingga kini rupanya lokasi situs masih kerap digunakan sebagian warga untuk meminta doa maupun ritual lain. Terlihat dari sisa-sisa taburan kelopak bunga pada setiap situs.
Setelah itu kami melewati gapura yang menandakan pintu masuk Situs Cibalay. Sesudah ini area situs dipenuhi dengan kerindangan pohon pinus.
Terasa sekali area sesudah gapura tersebut sangat kontras dengan suasana sebelumnya yang dipenuhi pohon bambu juga semak belukar. Situs Arca Domas merupakan yang paling besar di lokasi tersebut, dikelilingi pagar dan dinaungi pohon pinus tinggi-tinggi yang memberi keteduhan bagi siapa saja yang berkunjung. Di tempat ini juga tersedia undakan menanjak berbatu untuk memudahkan pengunjung berjalan.
Sementara di sekeliling situs marak ditumbuhi jenis tanaman lumut (bryophyta).
Kalau lihat dari Inaturalist, ini termasuk haircapp mosses (genus Polytrichum).
Di situs ini terdapat petugas balai, Kang Deni, yang menjelaskan terlebih dulu terkait situs yang ada.
Budaya megalitik mulai berkembang saat tradisi bercocok tanam. Masyarakat kala itu masih menganut kepercayaan memuja arwah leluhur dan mengadakan upacara ritual untuk berkomunikasi dengan roh nenek moyang. Mereka lalu membuat bangunan megalitik seperti punden berundak, menhir, dan dolmen di lokasi tersebut sebagai sarana upacara ritual memuja roh atau arwah nenek moyang.
Punden berundak dianggap simbol sebuah gunung suci tempat bersemayam roh leluhur, yang diyakini akan memberikan berkah berupa kesuburan, ketentraman, dan kesejahteraan masyarakat pendukungnya. (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Mungkin karena dianggap sebagai simbol gunung suci inilah, punden berundak terdapat di lokasi-lokasi yang tinggi. Situs Arca Domas ini sendiri berada kira-kira pada ketinggian 650 mdpl dan menghadap ke arah puncak gunung Salak.
Di Situs Arca Domas ini bisa kita lihat menhir atau batu yang berdiri tegak untuk pemujaan dan juga dolmen di sekelilingnya atau meja tempat meletakan sesaji. Namun, hingga sekarang kadang masih ada saja yang menganggap bahwa batu-batu tersebut merupakan bagian dari makam.
Oh iya, nama Arca Domas ini sendiri merupakan nama pemberian dari masyarakat sekitar. Namun meski begitu, di situs peninggalan bersejarah ini tidak terdapat arca.
Keseluruhan Situs purbakala Cibalay ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai cagar budaya sejak tahun 1982.
Setelah itu barulah kami menuju situs selanjutnya. Dalam perjalanan kami kembali melewati pohon-pohon bambu dan beberapa kali berjumpa dengan jenis lumut yang berbeda lagi.
A sibuk bertanya: βAma, ini kan banyak pohon bambu, tapi pandanya mana?β
Di area situs ketiga tersebut yang bernama Situs Jami Paciing terdapat aliran sungai kecil. Di situs tersebut saya bertemu dengan kupu-kupu yang ternyata adalah Common three ring. Ia terbang mendekat lalu hinggap di batu dan diam saja ketika saya jepret.
Dari situ kami kembali melewati jalur menanjak menuju Situs Batu Bergores. Situs ini terdapat di lereng tanah yang tinggi sehingga jalur menanjak cukup terjal.
Dari situ selesailah kunjungan kami dan waktunyaa makaan! Kami berjalan kembali menuju saung bambu yang ada di dekat situs Arca Domas. Kali ini melalui jalur berbeda agar tidak terjal, yaitu melewati pepohonan damar yang sedang disadap getahnya.
Suasana tenang dan semilir angin kaki gunung Salak menambah nikmat makan siang kami saat itu. A pun makan dengan lahap dan sesekali bermain malu-malu dengan peserta cilik lainnya.
Usai makan siang dan shalat, kami kembali trekking menuju Curug Cipeteuy. Kembali kami diakrabkan dengan pohon pinus yang selalu berhasil meluluhkan hati saya.
Jalurnya?
Oh, mantap lah. Coba aja tanya sama yang gendong anak π.
Hati-hati melangkah ketika melewati jalur ini ya karena cukup terjal. Meski begitu tetap tersedia pijakan bertingkat untuk kita berjalan.
Begitu sampai di curug, jreeng jreeng! Ramaiii oi! Hihi maklum weekend ya. Lagipula ukuran curugnya memang tidak besar sehingga area cekungan tersebut menjadi penuh.
Kami kebagian pojokan secuil di batu-batu. Lumayan deh buat A yang rupanya bersedia nyebur ke air curug yang dingin itu. Ia tertawa riang dan menikmati betul kakinya yang basah. Hebat euy kamu!
Setelah itu kami kembali naik dan duduk-duduk sejenak di bawah hutan pinus.
Setelah puas bermain air kami trekking kembali menuju saung dan disambut dengan jagung dan pisang rebus, juga teh tawar.
Kali ini saya pikir A sudah habis energinya, ternyata masih saja mengajak saya lelarian dan ngejar kupu-kupu.
Kira-kira pukul setengah 4 seluruh peserta meninggalkan Situs Cibalay menuju jalan setapak tempat mobil diparkir. Dalam perjalanan di hari yang sudah sore kami malah berpapasan dengan muda-mudi, juga kelompok lain yang baru akan menuju area situs atau mungkin juga curug. Benar rupanya kabar bahwa area tersebut juga ramai dikunjungi malam hari.
Kami tiba di stasiun Bogor selepas Magrib setelah melewati jalur berputar karena jalanan yang macet. Setelah itu seluruh peserta berpencar dan pulang. Sementara kami bertiga masih melanjutkan eksplorasi Bogor malam hari dengan makan nasi goreng pinggir jalan dan mampir ke toko Eiger. Alhamdulillah A bekerja sama dengan baik sekali sepanjang perjalanan hingga selesai dan tidak tantrum. Ia menikmati betul petualangan hari itu.
Terima kasih untuk Dinar dan Yoki selaku penyelenggara acara yang luar biasa. Salut sekali dengan kondisi membawa dan menggendong dua anak, mereka melakukan survey menjelang hari H bahkan hingga H-1 untuk memastikan jalur aman dilalui.
Big thanks!
Referensi (diambil dari fotocopy leaflet trip):
Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia jilid 1. Miksic, J. Indonesian Heritage.
http://www.kebudayaan.kemdikbud.go.id
Kristianto. 2001. Bangunan berundak Arca Domas Cibalay, Bogor. Universitas Indonesia: Depok. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
ββββββββββββ-
Note: ini video yang saya buat sewaktu trekking. Subscribe ya ^^.