Saat harus swab PCR pertama kalinya di masa pandemi COVID-19
Pemeriksaan untuk mengetahui seseorang terkena COVID-19 atau tidak adalah dengan melakukan swab antigen dan PCR. Jika seseorang dikhawatirkan terkena COVID dengan menunjukkan ciri-ciri tertentu ataupun habis kontak dengan pasien COVID sebelumnya, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan tes swab antigen. Jika setelah tes antigen, hasilnya menunjukkan positif maka dilanjutkan dengan tes swab PCR.
Pada bulan Juli 2021 lalu, kami sekeluarga melakukan tes swab untuk pertama kalinya. Awalnya tingkat penularan di kantor bapaknya anak-anak saat itu sangat tinggi. Banyak sekali jumlah karyawan yang tertular dan harus menjalani proses isolasi mandiri di rumah maupun di rumah sakit. Saya sudah mengantisipasi dengan mewanti-wanti penggunaan masker ganda dan membuka jendela di ruangan. Namun, qadarullah akhirnya bapaknya anak-anak tertular juga. Sempat merasa sakit tenggorokan dan saya sudah curiga. Saya menyarankan untuk swab di lab mandiri saja langsung. karena pada saat itu tingkat penularan virus sangatlah tinggi dan layanan di puskesmas juga sangat mengantri sehingga hasil swab baru bisa muncul berhari-hari kemudian. Bahkan ada yang satu minggu kemudian saking banyaknya yang melakukan swab.
Kami memutuskan melakukan tes swa PCR langsung saja di sebuah lab di Kemang, yaitu Speed Lab. Pada masa itu, kemungkinan false negatif pada antigen dirasa lebih besar kemungkinannya dibanding PCR, sehingga ya sudah langsung PCR saja. Meskipun harganya pada masa itu pun sangatlah tinggi. Mahal banget buat kami, yaitu 600ribu-an. Hasilnya memang bisa cepat yaitu kurang dari 24 jam.
Setelah swab, ia pun langsung isolasi mandiri di kamar atas. Syukurlah kami memiliki kamar tambahan dan juga kamar mandi yang terpisah dengan yang biasa digunakan. Saya kemudian teringat bahwa anak-anak dan saya adalah kontak yang sangat erat sehingga hanya bisa pasrah dan berdoa yang terbaik untuk kami. Swab PCR dilakukan saat malam hari dan hasilnya pun keluar esok siangnya.
Hasilnya ternyata positif! Hueee… rasanya cuma bisa bengong pada saat itu. Namun harus langsung menyusun langkah-langkah selanjutnya. Di antaranya lapor pada ketua RT, mulai membuat daftar apa saja yang harus dibawa jika harus isolasi di Wisma Atlet, dan menyiapkan langkah untuk swab diri sendiri dan anak-anak.
Hal yang terakhir ini yang bikin ketar-ketir. Jangankan disuruh swab ataupun vaksin, pemberian vitamin di puskesmas saja susah sekali membujuk anak-anak. Meski saya tidak pernah menakut-nakuti anak-anak dengan jarum suntik dan dokter, ya tetap saja setelah disuntik mereka bisa merasakan sendiri dan perasaan takut mereka tidak bisa diabaikan begitu saja.
Setelah lapor ketua RT dan puskesmas, akhirnya kami mendapat kabar bahwa bapaknya anak-anak itu masih mendapat slot untuk isolasi di Wisma Atlet dan berangkat siang itu juga. Cerita mengenai persiapan keberangkatan isolasi ini mungkin saya ceritakan di lain postingan. Singkat cerita saya langsung mendaftar untuk swab mandiri saya dan anak-anak. Layanan Speed Lab tersebut juga terdapat layanan home visit alias datang ke rumah. Saya berpikir daripada pakai sesi kejar-kejaran karena anak saya kabur nggak mau di swab T_T jadi mendingan di rumah ada swabnya.
Menjelang maghrib, petugas swab datang. Oh iya layanan home visit ini tentu saja biayanya lebih mahal lagi daripada swab langsung datang. Kalau tidak salah pada waktu itu per orangnya dihargai 900-ribu-an, sehingga total mencapai 2.7 juta untuk saya bertiga dengan dua anak huhu menangos. Syukurlah waktu itu emang dapat sponsor bantuan heu jadinya memungkinkan swab di rumah. Alhamdulillah.
Nah, saya sudah briefing anak-anak soal swab PCR. Tapi namanya swab ya emang buat yang dewasa aja sakit ya apalagi buat bocah. Anak saya ngamuk-ngamuk lah pokoknya, mana saya kan nggak kuat meganginnya. Jadinya yang anak pertama cuma dapat swab bagian tenggorokan aja, yang hidung wassalam.
Sementara anak saya yang kedua kan belum 3 tahun jadinya swabnya cukup hidung saja nggak dalam-dalam gitu. Itu aja meganginnya sampe susye bener dah ah. Si mas petugasnya juga desperate kayaknya -_-. Terus anak yang paling kecil itu saking takutnya petugas bakal datang buat swab lagi jadinya dia tetep pake masker. Sampe tidur juga dia tetep pake masker.
Besok paginya saya sungguh deg-deg-an menanti hasil. Subuh saya buka ketiga hasil yang dikirimkan. Mau pingsan rasanya pas buka hasilnya saking takutnya. Syukurlah hasil kami bertiga negatif semua. Alhamdulillah. Dan mengingat dua hari lagi sesungguhnya saya sudah dapat jadwal vaksin pertama kalinya, maka pada hari minggu saya pun melakukan swab ulang agar hasilnya lebih akurat. Supaya lebih tenang dan memang tidak membahayakan orang sekitar yang mungkin kontak dengan saya saat vaksin. Saya mendaftar Speed Lab kembali via online dan mendapat jadwal sore hari menjelang maghrib.
Syukurlah hasilnya tetap negatif. Alhamdulillah.
Terima kasih ya Allah T_T.