Tuesday Feb 11, 2025

Saat mendapat kesempatan vaksin COVID-19 untuk tahap 1

Vaksin COVID-19 akhirnya memasuki tahap lolos uji kelayakan di berbagai negara dan pada Maret 2021 mulai bisa diberikan kepada masyarakat Indonesia yang terbagi ke dalam beberapa tahap yaitu lansia, lansia dengan comorbid, pelayan publik, dan tenaga kesehatan. Saya yang tidak termasuk ke dalam golongan-golongan tersebut masih harus bersabar untuk bisa mendapatkan kesempatan vaksin. Pada bulan April saya sempat mengantar bapak untuk mendapatkan vaksin COVID-10 di RS. Sejak pandemi selama hampir satu setengah tahun saat itulah pertama kalinya saya memberanikan diri datang ke RS dan pulangnya naik kereta yang lenggang. Itupun dengan menggunakan masker ganda. Maklum, meski riwayat MVP jantung saya sudah dinyatakan sembuh tapi akan lebih baik jika memang menutup sebisa mungkin segala celah penularan virus Corona tersebut.

Hingga setelah menanti dan bersabar, tiga bulan setelah bapak dan ibu saya vaksin, tepatnya bulan Juli 2021, barulah saya bisa mendapatkan kesempatan untuk melakukan vaksin COVID-19 pertama kalinya. Saya mengisi formulir calon penerima vaksin secara online. Pada saat itu yang ingin vaksin terbilang cukup banyak dibanding kuota yang tersedia dalam satu harinya, meski di lain pihak golongan yang termasuk anti-vaksin juga banyak. Sehingga saya sempat kesulitan mengisi form online yang cepat sekali penuh. Saya memilih RSCM sebagai tempat vaksin saat itu. Kuota penerima vaksin di RS tersebut pada saat itu hanyalah 150 orang per hari. Saya mencoba berulang-ulang setiap harinya, dan pada kesempatan kesekian barulah saya berhasil mengisi form online dan mendapat jadwal.

Sayangnya saat sudah menerima jadwal vaksin yang sudah dinanti-nanti itu, saya dan anak-anak menjadi kontak erat ayahnya yang tertular COVID-19 dari kantor. Syukurlah setelah swab PCR, hasil saya ternyata negatif sehingga aman untuk melakukan vaksin.

Vaksin yang akan saya dapatkan di RS adalah Sinovac. Setelah mengisi form online dan tertulis bahwa saya bisa datang di jadwal yang sudah ditentukan, saya pun naik ojek online ke RSCM dan jalanan lancar sekali saat itu. Mungkin karena banyak yang menjalani WFH dan sekolah pun kembali menjalani pembelajaran jarak jauh akibat banyaknya kasus penularan.

Saya lupa saat itu kebagian kloter jam berapa, tapi yang jelas saat saya datang ternyata sedang istirahat siang sehingga harus menanti hingga pukul 13.00. Saya bolak-balik ke ruangan dan ada satu petugas yang memeriksa bahwa ada nama saya dalam print nama peserta penerima vaksin. Syukurlah. Sambil menunggu saya makan donat dulu di luar ruangan di tempat yang cukup sepi.

Menjelang pukul 1, banyak peserta yang mulai berdatangan. Perawat dan satpam pun mulai mengambil posisi. Bapak satpam membagikan persyaratan kesehatan yang harus diisi dan juga mengumpulkan fotocopy KTP. Setiap peserta kemudian dibagikan nomor urut.

Ketika nomor dipanggil, saya masuk ke dalam RS dan diperiksa tekanan darah serta suhu tubuh. Ketika perawat memeriksa tekanan darah, ternyata tekanan darah saya terbilang sangat rendah. Waduh. Katanya terancam tidak bisa vaksin kalau terlalu rendah. Akhirnya perawat mengulangi kembali dan syukurlah hasilnya masih bisa lolos untuk menerima vaksin.

Sesudah itu sebenarnya kami tinggal mengantri saja di depan bilik/kamar. Mana saja yang kosong langsung silakan masuk. Namun karena ternyata informasi masih membingungkan sehingga banyak peserta yang duduk-duduk saja tanpa menyadari kalau sudah tiba giliran untuk vaksin. Akhirnya ada petugas yang memberi tahu dan antrian peserta pun bisa lebih cepat lagi. Giliran saya akhirnya tiba dan saya sempat bertanya kepada dokter yang menangani mengenai maag yang saat itu sedang dialami oleh saya, ternyata dokter berkata bahwa tidak masalah. Sehingga dengan bismillah pun saya akhirnya menerima vaksin COVID-19. Alhamdulillah.

Tahap kedua vaksin pun akan dilaksanakan satu bulan kemudian.

Proses antrian terbilang cepat meski tadi sempat kebingungan. Setelah vaksin kami diminta menunggu sekitar 20 menit di ruangan bersama-sama peserta lain (dengan jumlah terbatas tentunya) untuk melihat apakah ada KIPI serius atau tidak. Setelah 20 menit kami melaporkan ke perawat lagi dan diukur tekanan darah kembali. Perawat kemudian memberikan kartu vaksin yang terisi jadwal untuk tahap kedua.

Saya pun pulang dan kembali memesan ojek online. Syukurlah vaksin hari itu berjalan lancar. Sampai di rumah Alhamdulillah tidak ada KIPI serius kecuali ngantuk dan lapar luar biasa. Maag saya yang tadinya seperti puting beliung sebelum berangkat ke RS malah langsung hilang. Alhamdulillah.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top