Pelatihan menulis untuk pustakawan
Pada tanggal 5 Desember 2012, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), yang bekerja sama dengan Perpustakaan Universitas Indonesia, menyelenggarakan “Pelatihan penulisan artikel ilmiah populer bagi pustakawan akademik”. Instruktur pelatihan tersebut adalah Prof. Dr. Rahayu Surtiati Hidayat, Ph.D.
Pelatihan menulis ini dilaksanakan di Perpustakaan Pusat Crystal of Knowledge Universitas Indonesia dan diikuti oleh pustakawan dari berbagai perpustakaan akademik.
Acara diawali dengan uraian singkat dari salah satu panitia acara dan sekaligus juga pustakawan Universitas Indonesia, yaitu Ibu Clara Naibaho. Ibu Clara menyebutkan bahwa ciri ideal seorang pustakawan adalah bisa dan mau untuk menulis. Pustakawan dipandang perlu untuk menulis dengan tujuan menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat luas. Seseorang diharapkan bisa menuangkan ide, gagasan dan pikiran tersebut melalui tulisan artikel ilmiah dan artikel ilmiah populer dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menurut Ibu Prof. Dr. Rahayu Surtiati Hidayat, Ph.D, artikel ilmiah merupakan tulisan yang dimuat di dalam jurnal ilmiah serta disajikan dalam pertemuan ilmiah. Sementara artikel ilmiah populer dimuat dalam media massa, seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan yang paling mudah adalah blog. Dikatakan paling mudah karena lewat blog seseorang bisa menulis tanpa melewati proses panjang dalam menunggu sampai tulisan tersebut diterbitkan. Sementara untuk bisa dibaca oleh banyak orang, hal yang dibutuhkan hanyalah jaringan internet.
Ciri artikel ilmiah populer yaitu tulisannya dibuat seawam mungkin (awamisasi) sehingga memungkinkan dibaca oleh semua kalangan. Ciri kedua yaitu tidak ada kewajiban mempertanggungjawabkan dari mana sumber tulisan tersebut didapat. Penulis artikel ilmiah populer bisa saja mencantumkan nama penulis dan buku yang dijadikan acuan tetapi tidak perlu membuat daftar pustaka di akhir tulisan. Karena hal inilah, artikel ilmiah populer tidak boleh digunakan sebagai acuan atau bahan referensi oleh dosen ataupun mahasiswa sebagai sumber penulisan ilmiah.
Dalam pelatihan menulis ini, Ibu Rahayu menguraikan secara rinci dan jelas mengenai fungsi dan ragam bahasa, laras bahasa, ejaan baku, jenis tulisan, serta langkah menyusun artikel ilmiah populer.
Fungsi bahasa yang dijelaskan secara singkat yaitu:
- Ekspresif. Misalnya bahasa yang digunakan dalam puisi, novel, atau lirik lagu
- Integratif, atau dengan kata lain sebagai pemersatu identitas. Ini contohnya yaitu Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
- Kontrol sosial. Yaitu sebagai pengendali di masyarakat, misalnya UU dan peraturan
- Komunikatif. Dalam tulisan ilmiah populer, point ke-4 ini sangatlah penting. Penulis harus mempertimbangkan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan gagasan. Tujuannya agar pembaca menangkap gagasan yang sama dengan yang disampaikan penulis.
Langkah-langkah dalam menyusun artikel ilmiah populer menurut Ibu Rahayu, yaitu:
- Merumuskan topik atau pokok bahasan. Topik yang akan ditulis haruslah menarik perhatian penulis sehingga nantinya juga akan menarik pembaca. Atau istilahnya “bagaimana bisa sebuah tulisan akan menarik jika penulisnya sendiri tidak menaruh minat pada topik tersebut?”. Topik yang akan ditulis juga harusnya dikenal baik oleh penulis, cakupannya sempit dan terbatas, serta tidak terlalu baru dan tidak kontroversial.
- Mencari informasi yang berkaitan dengan dengan topik tersebut melalui berbagai bahan bacaan dan mengamati lingkungan
- Mengumpulkan seluruh gagasan yang akan disampaikan. Dalam point seorang penulis juga juga harus tahu apa pendapat yang ingin dipertahankan terkait dengan gagasan tersebut.
- Menyusun ragangan (outline)
- Menulis draft pertama
- Menyunting dan merevisi draft tersebut, sehingga kemudian dibuatlah draft kedua. Dalam tahap ini penulis harus melihat lagi apakah topik yang ia pilih sesuai dengan uraiannya.
- Merumuskan judul artikel. Penulis harus memikirkan judul yang menarik pembaca dan eye catching.
- Mengoreksi draft kedua
- Mengirim artikel ke media massa (atau bisa juga memublikasikan tulisan di blog)
Tulisan ilmiah populer menggunakan bahasa semi baku. Dalam tulisan ini, kalimat dan bahasa yang terlalu baku justru sebaiknya dihindari. Namun jika seorang penulis ingin mengetahui mengenai ejaan baku dan kata-kata serapan asing dan bahasa daerah, ia bisa mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang saat ini juga sudah tersedia daring (dalam jaringan) di Pusat Bahasa.
Dalam menulis, menurut ibu Rahayu, yang paling penting adalah mempertahankan kesatuan gagasan. Dan untuk menandai peralihan gagasan, seorang penulis haruslah membuat paragraf baru. Dalam bahasa Indonesia, satu paragraf biasanya terdiri dari maksimal 150 kata. Secara keseluruhan, menurut saya, pelatihan ini sebenarnya bisa saja diikuti oleh seluruh pustakawan dan tidak hanya terbatas pada pustakawan perguruan tinggi saja, karena menulis menjadi kebutuhan bagi semuanya.
Dalam pelatihan ini peserta juga diberikan latihan singkat mengubah naskah wawancara menjadi tulisan berbentuk narasi dan deskripsi. Selain itu peserta juga berlatih menentukan pokok bahasan dari tulisan yang sudah disiapkan panitia dan menyunting serta membahasnya satu persatu secara bersama-sama.
^^^^^^^^^^
Catatan tambahan:
Di awal acara, Ibu Rahayu secara singkat menguraikan bagaimana ia memulai untuk menulis. Ia mengaku menyukai jalan-jalan, maka tulisan awal yang ia buat adalah mengenai pengalamannya mendaki gunung yaitu Gunung Ciremai yang kemudian dimuat di sebuah majalah. (belakangan saat saya googling, ibu Rahayu Surtiati Hidayat ini rupanya adalah ketua MAPALA UI semasa Soe Hok Gie dulu. Oalaah… gagah sekali ibu mungil ini *garuk-garuk).
Kesan yang saya dapat dari Ibu Rahayu adalah ia sangat cermat dan teliti mengenai tulisan. Saya duga ini karena pengalamannya dengan dunia bahasa dan tulis menulis yang tak direguknya dalam sekejap mata alias tak terhitung banyaknya.
Dalam pelatihan menulis ini tak ada sesi tanya jawab. Jika ada yang ingin ditanyakan, peserta bisa langsung saja mengacungkan tangan dan bertanya. Dengan cara seperti ini, pelatihan tak ubahnya seperti diskusi formal namun tetap dalam atmosfir menyenangkan. Dan adalah menjadi hal luar biasa ketika Ibu Rahayu seringkali tertawa renyah dalam menanggapi berbagai jawaban dan komentar peserta yang berjumlah 30-an orang itu, dan dengan ramah menjelaskan dan menjawab secara rinci setiap pertanyaan yang diajukan. Hmm.. sudah pintar, tak pelit pula membagi ilmu.
Karena topik menulis memang menjadi minat tersendiri, maka tentu tak mau melewatkan waktu tanpa bertanya. Tapi apa yang terjadi, sodara-sodara? Seperti biasa, hanya untuk mengacungkan tangan saja, saya harus dag dig dug tak karuan.
Dari tiga pertanyaan yang ingin diajukan, karena terlalu lama sibuk deg-deg-an sendiri dan terlalu lama menenangkan diri, satu pertanyaan pun sudah diajukan oleh peserta lain, satu pertanyaan lagi ternyata dibahas sendiri oleh Ibu Rahayu. Dan satu pertanyaan lagi akhirnya berhasil saya ajukan setelah melewati jam makan siang dan setelah berulang kali berusaha meredakan detak jantung yang cepat. -___-
Cara sederhana untuk menghilangkan ketegangan dalam bertanya di muka umum sebenarnya sangat mudah; langsung acungkan tangan secepat kilat, bertanya, dan HAP! Selesai! Itu saja.
Benarlah yang berkata bahwa cara mengatasi ketakutan adalah dengan menghadapi ketakutan itu sendiri.
Di akhir acara, saya memberanikan diri mendekati Ibu Rahayu yang sedang membereskan laptopnya, menyapanya, dan mengucapkan terima kasih atas semua penjelasan mengenai tulis menulis hari itu. Ia membalas sambil tersenyum lebar dan berharap apa yang ia sampaikan bisa bermanfaat.
Baiklah, sekian cerita dari acara pelatihan menulis yang saya ikuti. Selamat menikmati masuk pertengahan Desember. Setelah ini postingan saya selanjutnya akan membahas mengenai dunia tulis juga. Tulisan tersebut sudah dijadwal untuk publish secara otomatis nantinya, jadi saya cabut dulu dari blog mungkin sampai awal Januari. Itupun kalo tahan tidak nge-blog hehe. Insya Allah).
Happy December!