Thursday Nov 07, 2024

Esensi dari pengamatan burung

Apa pentingnya atau lebih tepatnya esensi melakukan pengamatan burung atau birdwatching yang termasuk ke dalam salah satu kegiatan di luar ruangan (outdoor) ini?

Sekitar tahun 2009 lalu saat sedang aktif-aktifnya berada dalam lingkup relawan komunitas mangrove, saya pernah ditertawakan seorang kawan yang membaca poster kegiatan yang saya bagikan di sosial media. Saat itu kegiatannya adalah berupa penghitungan burung air yang biasanya dilakukan di bulan Januari. Burung air atau waterbird bisa ditemukan di area lahan basah seperti area mangrove dan pesisir.

Kawan saya, yang ternyata bukan satu-satunya yang menertawakan, beranggapan bahwa “melakukan penghitungan pada burung” bukanlah sebuah kegiatan yang jamak untuk dilakukan dan terkesan aneh. Hal yang hampir serupa pun pernah terjadi saat melakukan pengamatan raptor migrasi di Bukit Paralayang tahun 2010 lalu.

Saya sendiri pun bukan berlatar belakang biologi atau kehutanan dan semacamnya, sehingga berbeda dengan kawan-kawan lain yang memang “sudah berada di jalurnya” dan bertemu kawan dengan minat serupa, saya sendiri cenderung sering sekali bertemu dengan masyarakat yang tidak mau tahu tentang apa yang terjadi dengan lingkungan. Sabodo teuing istilah Sundanya (meski bukan orang Sunda).

Dan di sinilah tantangannya, yaitu tidak menghakimi mereka yang apatis terhadap kegiatan, yang padahal jika mereka mau menilik lebih jauh sedikit saja, maka mereka akan menemukan sendiri manfaat dari mengenal lingkungan hidup dan biodiversitas, salah satunya dengan pengamatan burung ini.

Sebagai salah satu pendukung ekosistem, burung dapat menjadi sebuah indikator baik atau tidaknya sebuah lingkungan. Burung dengan spesies tertentu yang menyukai air bersih lama kelamaan akan menyingkir dan tak lagi ditemukan ketika sebuah tempat sudah tercemar. Lalu kalau sudah begitu siapa lagi yang teriak-teriak protes kalau bukan manusia? (meski dirinya sendiri pun turut ambil bagian dari proses pencemaran tersebut).

Burung juga membantu mengendalikan serangga hama, sebagai sumber pendidikan dan penelitian, dan tentunya juga sebagai objek untuk menyalurkan hobi pengamatan burung (birdwatching).

Burung juga turut berperan dalam penyebaran biji dan bibit tanaman. Buah lezat yang kau makan hari ini siapa tahu juga karena peran burung yang membantu penyerbukan.

Sampai di sini masih mau bilang bahwa keberadaan burung layak diabaikan?

Bahkan dalam agama Islam, ada ayat yang menerangkan mengenai burung-burung yang terbang di udara. Ini tertuang dalam Al Quran surat Al Mulk ayat 19:

“Dan apakah mereka tidak memerhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat Segala Sesuatu.”

Lalu apa pentingnya mengamati burung? (Setidaknya menurut kacamata saya):

  • Pengamatan burung bermanfaat mengenalkan masyarakat untuk lebih dekat dengan lingkungan. Dan setidaknya mencoba menghadirkan bahwa burung memang diciptakan untuk terbang bebas dan bukannya berada di dalam sangkar.

Tidak harus dilakukan oleh orang berlatar belakang biologi, kehutanan, seorang ilmuwan, atau dokter hewan, pengamatan burung bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk juga masyarakat awam. Dalam hal ini setiap masyarakat berperan mengenal lebih dekat mengenai keanekaragaman hayati yang ada di kotanya dan diharapkan ikut mencintai dan menjaga lingkungan. Masyarakat tersebut bisa digolongkan ke dalam citizen scientist dan ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat atau sekitar rumah sendiri.

Maka, citizen scientist turut serta menambah keberadaan peran dan manfaat dari sebuah ruang terbuka hijau. Buat yang tinggal di kota besar dengan polusi ampun-ampunan ini penting banget. Geregetan ruang terbuka hijau yang harusnya 30% cuma tersedia 9% aja, kan?!

  • Menambah wawasan dan menambah jejaring.

Dalam beberapa kali kegiatan, saya menjadi orang yang dengan nekad dan pede-nya datang sendiri tanpa kenal dengan siapa-siapa di kegiatan. Ini sih dulu sebenarnya bukan saya banget yang selalu deg-deg-an berada di lingkungan baru hehe.

Tapi selain menjadi tantangan tersendiri bagi diri saya pribadi, berkenalan dan bertemu dengan kawan lain dengan minat yang sama malah mendatangkan semacam euforia menyenangkan tanpa terbatas segala perbedaan. Termasuk juga perbedaan bahwa saya bukan berlatar belakang biologi atau kehutanan yang banyak dianut sebagian besar para peserta. Ditambah lagi bagi sebagian orang, program studi ilmu perpustakaan atau profesi pustakawan memang masih belum banyak terdengar.

Saya ingat betul seorang kawan pernah enggan mengikuti sebuah kegiatan jalan-jalan karena katanya usia para peserta itu berada di bawahnya beberapa tahun. Ia merasa minder dan tak layak masuk golongan tersebut. Hal berbeda justru saya temui di beberapa komunitas dan kegiatan luar ruang termasuk birdwatching ini. Dulu, Mbak Ghali yang sudah memiliki dua anak usia SD dan SMP senantiasa selalu mengikuti kegiatan dan bergantian mengajak mereka ikut serta di tengah kami yang saat itu rata-rata masih kuliah atau baru lulus kuliah. Saya juga ingat saat survey ke hutan kota UI beberapa tahun lalu dengan cerita di sini, ada ibu yang turut mengajak dua anaknya dan bahkan orangtuanya yang sudah cukup sepuh. Tidak ada satu pun dari peserta yang lebih muda meremehkan dan mempertanyakan kenapa ada peserta yang usianya lebih tua.

Maka dengan pede-nya, pengamatan di tahun 2014 saya ngucluk saja sendirian dan jadi satu-satunya peserta yang sedang dalam kondisi hamil di tengah peserta lain yang merupakan para mahasiswa hehe.

  • Melatih kepekaan panca indra

Waktu pertama kalinya bertemu dengan Boas dan Khaleb di tahun 2010, saya melongo menyaksikan kemampuan mereka yang mampu mengidentifikasi burung air hanya dengan sekilas melihat cara terbangnya atau hanya sekilas mendengar suaranya. Sementara dengan binokuler saja, saya tak mampu membedakan kaladi tilik atau kaladi ulam. Pokoknya kaladi. Titik.

Duo birder kakak beradik itu memang sudah malang melintang di dunia perburungan dan kerap berburu foto atau menjadi guide para bule-bule ke berbagai daerah. Jadi seharusnya sudah tidak heran lagi ya. Tapi saya tetap takjub haha.

Maka intinya perbanyaklah jam terbang!

Karena tentu tidak bisa seperti mereka yang sekejap berada di TNGP lalu esok sudah pindah lagi ke pantai Trisik untuk melakukan pengamatan burung pantai, setidaknya saya tetap bisa berlatih dengan suara cabai jawa atau cucak kutilang yang ramai di halaman belakang rumah. Juga berlatih membedakan burung madu kelapa dan burung madu sriganti.

  • Membuat tubuh menjadi sehat.

Pengamatan yang meliputi unsur berjalan kaki, tentunya berdampak baik bagi kesehatan tubuh. Olahraga ini adalah jenis yang paling mudah dilakukan dan memiliki banyak manfaat kesehatan seperti misalnya menghilangkan penyakit sendi dan nyeri punggung, memperkuat otot, sendi, dan tulang, menurunkan stress, meningkatkan kualitas tidur, serta menghindari resiko obesitas. Apalagi ditambah dengan berjalan kaki di ruang terbuka hijau atau forest-bathing di hutan. (Btw, ini dengan catatan pengamatannya nggak sambil ngerokok ya. Siram air nih!)

  • Memulihkan kesehatan mental

Pernah mendengar mengenai kegiatan outdoor bisa berfungsi sebagai sarana pemulihan kesehatan mental? Saya pernah membaca beberapa kali tentang orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental dan merasa lebih baik dengan melakukan kegiatan pengamatan baik tumbuhan maupun birdwatching (dengan catatan juga pergi konsultasi ke psikolog untuk mencari solusi ya). Mungkin terdengar tidak jamak bagi kebanyakan orang, namun saat membaca tulisan tersebut saya seperti membaca diri saya sendiri.

Mengalami masalah rendah diri selama bertahun-tahun membuat saya tidak pernah merasa nyaman berada di lingkungan banyak orang terutama orang-orang baru yang tidak saya kenal. Namun dengan melakukan kegiatan birdwatching saya justru malah bertemu dengan banyak sekali kawan-kawan baik hati yang senantiasa belajar bersama-sama dan menyemangati saya.

Berada di tengah ruang terbuka outdoor dengan segala keindahannya juga membuat saya bisa berkonsentrasi. Setidaknya saat sedang mengamati burung di depan saya, saat itu saya harus bisa berkonsentrasi mengamati pergerakan burung, berlatih mengidentifikasi nama dan ciri fisik burung tersebut, dan segala hal lain yang menyeret saya berada di titik tersebut. Kepala saya hanya akan sibuk memikirkan apa yang terjadi di depan mata saat itu saja. Here and now. Bukan hal-hal lain yang tidak dan belum terjadi, juga bukan berbagai kejadian tidak menyenangkan di masa lalu.

“The fact that all over the world people keep pets, cultivate gardens, maintain aquariums, go birdwatching, enjoy nature videos, and take vacations in places of natural beauty, reminds us of another suite of values of biodiversity: those that give us peace and contentment.” (Beattie, Andrew; Ehrlich, Paul R. 2004; p. 8)

*Foto di atas didokumentasikan oleh Mas Ady Kristanto saat Asian Waterbird Cencus bulan Januari tahun 2009. Saat itu adalah hari bersejarah buat saya karena menjadi pengalaman pertama saya mengamati burung. Ternyata foto itu dimuat juga dalam buku Burung Ibukota. Lumayan lah ya ada muka saya jadi bisa ditunjukkin ke Ibuk di rumah hehe.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top