Thursday Nov 07, 2024

Bertemu kupu-kupu Common Lime alias si kupu-kupu jeruk

2011,

Saya selalu suka momen saat menyeduh teh di dapur. Jendelanya yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk membuat saya bisa memandangi rerumputan hijau di halaman belakang sambil berada di tengah kepulan asap teh yang baru diseduh, membuat saya (anggap saja) seolah seperti sedang berada di sekretariat kemping di sekitar padang savana.

Dari sini saya bisa memandangi, secara diam-diam, kelompok burung Gereja (Passer montanus), yang sedang berebut mematuki sisa makanan di rumput, tanpa mereka ketahui atau merasa terganggu sehingga terbang kocar-kacir begitu melihat saya. Dari jendela sini juga, pagi itu, mata saya tertumbuk pada kupu-kupu yang sedang nemplok di pohon tomat yang tumbuh secara alamiah di halaman belakang.

Usai menyeduh teh saya pun menghampiri kupu-kupu tersebut, yang rupanya adalah spesies Common lime (Papilio demoleus). Hati tambah girang saat saya mendekat di antara tanaman, ternyata ada satu ekor kupu-kupu lagi dengan spesies sama di batang yang berbeda.

Ada yang berkata bahwa waktu terbaik untuk memotret kupu-kupu adalah saat siang hari, ketika mereka aktif mencari makan. Tapi, bagi saya, aktif ya berarti aktif. Benar-benar aktif sampai harus mengejar-ngejar mereka yang terbang berpindah dengan cepat. Siang hari juga berarti matahari sudah terik.

Kapan waktu yang tenang? Pagi hari tentu saja, menurut pendapat yang lain. Alasannya karena ketika pagi hari mereka kerapkali berjemur dan singgah di bagian tanaman untuk mengeringkan sayapnya. Menurut seorang teman yang juga hobi mengamati, jika sayap kupu-kupu basah karena hujan di malam sebelumnya atau karena terkena embun, maka kupu-kupu akan berjemur di area yang cukup sinar matahari selama beberapa waktu. Sehingga kupu-kupu ini bisa dengan mudah ditemui di area terbuka.

Kupu-kupu Common lime ini pertama saya lihat sekitar pukul 7 pagi hari. Saya dekati keduanya dengan kamera sampai dengan jarak yang sangat dekat dan mereka tetap tak bergeming. Rupanya, selama ia tidak merasa diganggu dengan aktivitas berjemurnya, kupu-kupu ini asyik saja memasang gaya saat saya jepret. Mereka tetap saja diam di tempat meski saya keluar masuk rumah, mendudukan diri sejenak di halaman, masuk kembali ke dalam untuk membereskan pakaian, dan keluar lagi untuk kembali minum teh.

Sampai akhirnya satu jam kemudian, satu ekor kupu-kupu mulai mengepakkan sayapnya. Saya terus mengamati dan rupanya kupu-kupu ini tak langsung terbang menjauhi tanaman tapi terbang menghampiri kupu-kupu kedua terlebih dulu. Ia terbang sangat dekat dengan temannya itu, seolah berbicara satu sama lain. Komunikasi yang tidak saya pahami tapi saya menebak itu adalah ajakan untuk terbang :p.

Namun rupanya kupu-kupu kedua ini (sepertinya) menolak dan masih ingin berjemur lebih lama. Beberapa menit terbang mengitari kupu-kupu kedua, kupu-kupu pertama pun akhirnya terbang menjauh.

Saya terus duduk di tengah rerumputan, menikmati sisa segelas besar teh yang masih cukup hangat untuk dinikmati di tengah matahari yang mulai bersinar.

Setengah jam kemudian kupu-kupu kedua mulai mengepakkan sayapnya, perlahan lalu cepat -momen yang sayang sekali untuk dilewatkan- sampai akhirnya ia kemudian mengepakkan sayapnya lebih cepat, terbang di sekitar tanaman lalu menjauh, meninggalkan tempat berjemurnya, meninggalkan saya dan segelas teh yang telah habis, menyusul kawannya.

Biodiversity are really sweet,

like a tea…

Order: Lepidoptera

Family: Papilionidae

Genus: Papilio

Spesies: Papilio demoleus (Linnaeus, 1758)

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top