Apa itu “people pleaser”?
Sering sekali kita mendengar istilah “people pleaser“. Sebenarnya apa ya arti dari people pleaser itu? People pleaser bukan sebuah diagnosa klinis namun merupakan istilah yang diberikan kepada orang-orang yang tindakannya selalu ingin berusaha menyenangkan orang lain bahkan meskipun tindakannya itu mengorbankan dirinya sendiri atau sebenarnya dia tidak ingin melakukan hal tersebut.
Apa yang menyebabkan seseorang menjadi people pleaser? Well, pada dasarnya dalam setiap hubungan, baik hubungan dalam keluarga yang melibatkan orangtua dan anak, hubungan antar pasangan ataupun juga hubungan di luar keluarga misalnya dengan teman, kekasih, dan sebagainya kita tentu ingin dicintai dan mencintai secara utuh. Yang membedakan people pleaser dengan berbuat baik pada orang lain adalah orang yang menjadi people pleaser sulit sekali untuk berkata “tidak” ataupun menolak keinginan dari lawan bicaranya maupun dari perilaku sehari-hari yang melibatkan hubungan antar personal tersebut. Penyebab dari tidak bisa berkata “tidak” ataupun menolak keinginan orang lain ini disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi “people pleaser” adalah karena:
- Menghindari konflik. Seseorang berpikir bahwa dengan menuruti keinginan orang lain, dapat menghindari konflik yang ia tidak inginkan terjadi akibat munculnya perbedaan pendapat. Meski terlihat “aman” sesaat karena tidak terjadi konflik, namun ini menyimpan bom waktu yang lama kelamaan bisa meledak. Lagipula kunci dari hubungan yang sehat (healthy relationship) adalah bukan tidak ada konflik sama sekali melainkan meski terjadi perbedaan pendapat, kedua pihak setuju untuk sama-sama berusaha mengerti dan mencari jalan keluarnya.
- Rendahnya rasa percaya diri. Seseorang dengan rasa percaya diri yang rendah akan selalu berpikir bahwa pendapat yang ia miliki, atau kebutuhan yang ia inginkan adalah tidak penting dan tidak berharga. Sehingga alih-alih berusaha memenuhi keinginannya sendiri yang memang lebih penting, ia malah menuruti keinginan orang lain yang sebenarnya jauh di dalam hati tidak ingin ia lakukan.
- Anxiety. Orang yang memiliki anxiety akan merasa sangat anxious akan setiap hal yang akan terjadi. Juga karena pengalaman sebelumnya, sehingga ia takut sekali akan mengalami berbagai penolakan dari orang lain, tidak diterima dalam sebuah kelompok sosial, atau pun menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain.
- Trauma. Orang dengan trauma tertentu karena menolak sebuah hal dari orang lain dan menyebabkan sebuah hal yang tidak mengenakan bagi dirinya terjadi, maka berikutnya pun bisa menjadi people pleaser karena ia tidak ingin hal tersebut terjadi lagi.
Apa dampak negatif dari menjadi people pleaser ini?
Karena people pleaser berbeda dengan berbuat baik kepada orang lain, tentu saja menjadi seorang people pleaser memiliki berbagai dampak negatif. Di antaranya yaitu:
- Mengabaikan diri sendiri termasuk juga kebutuhan diri yang jauh lebih penting.
- Membuat orang lain menjadi memiliki kendali penuh atas dirinya.
- Semakin tidak percaya diri karena semakin merasa bahwa dirinya dan kebutuhannya tidak berharga.
- Sangat melelahkan diri sendiri.
Lalu, bagaimana ya jika selama ini sudah terlanjur menjadi people pleaser?
Hal paling utama adalah kenali diri sendiri dan apa saja yang diri sendiri butuhkan. Jika kamu punya sederet alasan yang sangat masuk akal untuk menolak sesuatu hal yang diinginkan orang lain, maka berusahalah untuk berpegang kuat pada alasan tersebut. Selanjutnya belajarlah untuk berkata “tidak”. Meski awalnya akan sangat sulit sekali karena sudah terbentuk pola terutama jika terjadi bertahun-tahun secara terus menerus, namun tetaplah berusaha untuk berkata “tidak”.
Pada umumnya lawan bicara kemudian akan bertanya alasannya dan jika kamu sudah berusaha menyampaikan alasan yang masuk akal tersebut namun mereka tetap memaksa atau membujuk bahkan tak jarang dengan menyeret orang lain juga (bukan menyeret dalam arti sebenarnya ya, namun dalam arti membawa nama orang lain misalnya: “Tapi kata X kamu harusnya juga ikut temani aku kondangan besok malam.”) maka justru di situlah lawan bicara menunjukan kelemahan dirinya karena sampai harus membawa nama orang lain demi menguatkan pendapatnya sendiri. Tetaplah berusaha untuk menyampaikan penolakan dan berkata “tidak”, misalnya “Tidak bisa ya, aku harus mengerjakan tugas kantor/tugas kuliah/memasak untuk persiapan jualan, dsb”.
Berdasarkan pengalaman sendiri, menjadi people pleaser memang sangat luar biasa melelahkan apalagi terjadi dalam hitungan sekian belas tahun dan mengorbankan mimpi-mimpi sendiri demi menyenangkan orang lain. Dalam hal ini alasannya adalah karena pendapat yang tidak pernah didengar sehingga kemudian muncul rasa rendah diri dan merasa tidak berharga. Adanya kultur “tidak boleh melawan” juga menjadi salah satu faktor tambahan yang memperkuat. Namun jika memang yang kita lakukan bukanlah hal yang merugikan orang lain, melawan hukum, dan agama maka tetaplah berusaha untuk menolak hal-hal yang memang tidak ingin kita lakukan. Apalagi misal hanya seputar baju yang dikenakan, mimpi-mimpi yang ingin dicapai, dan suara yang hanya ingin didengar.
Berusahalah untuk berkata “tidak”, ketika kita memang tidak ingin melakukannya.
Karena pendapatmu berharga. Begitu juga dirimu.