Tuesday Dec 10, 2024

Cangar yang sempat terlewatkan

Ketika orang-orang bertanya pada kami saya: “Kenapa tiba-tiba memutuskan pergi ke Malang?”

Saya hanya menjawab singkat: “Cuma mau jalan-jalan aja.”

Namun, di balik itu jawabannya sebenarnya adalah karena saya mau mengulangi kesempatan yang terlewatkan.

Jauh sejak dari awal tahun 2017, saya merencanakan melakukan kegiatan pengamatan burung yang entah di mana saja asalkan bisa menambah pengalaman baru. New year’s resolution ceritanya. Niatnya saat itu adalah mengikuti pengamatan burung migrasi di Pantai Trisik, Jogja.

Bulan lalu ide ini saya ubah secara dadakan yang entah dapat ilham dari mana untuk memutarnya ke Malang. Secara sadar dan dengan pede-nya saya tiba-tiba sudah mengirimkan email pada pasukan Birdpacker di kota Batu tentang kemungkinan saya, Aba, dan toddler usia 2 tahun 10 bulan untuk melakukan pengamatan burung di Cangar. Yaitu salah satu objek wisata alam di Tahura Raden Soerjo, Kota Batu, Jawa Timur.

I don’t trust what i do at that time. All i think is just to move forward to make my super amateur ability about birding feel better for at least just a little bit.

And this still (again) about the chance that i didn’t have during the last 8 years due to the complicated condition about having permission to do traveling and birdwatching. And Cangar used twice as a place for birdwatching event (FOBI and PPBI 3) that i missed during that time.

But, this time my status changed so that i have my passport permission from Abang. And here we are. 

Saya terharu sekali karena selama di sana kami mendapat banyak sekali kebaikan. Padahal saya belum pernah sebelumnya berinteraksi secara tatap muka dengan Mbak Ismi, Mas Kukuh, Mas Afwan, dan Mas Abid yang hari itu menemani kami. Bahkan Mas Swiss cuma ketemu selintas doank waktu event PPBI di Bandung dua tahun lalu.

Ditambah lagi cuaca saat itu cerah, jalanan lancar jaya, saya ketemu burung-burung yang selama ini belum saya lihat. (Kemarin saya bilang belum pernah lihat cekakak jawa, lalu saya ingat rasanya saya pernah melihatnya atau mungkin kingfisher yang sejenis saat di Cibulao secara sekilas).

Selesai pengamatan, malamnya saya nyaris nggak bisa tidur karena memikirkan betapa beruntungnya saya dipertemukan dengan Abang, menjadi ibu dari A, dan bisa kenal dengan pasukan Birdpacker itu.

Mereka membantu tanpa banyak berbicara. Saya tidak tahu apakah di antara mereka sudah atau pernah mendengar entah dari Mas Swiss atau Mbak Ismi tentang skoliosis maupun MVP yang ada di jantung saya. Do they ask? No. Though I don’t mind if they ask me about it for gaining more info. But, the most important is they don’t raised they eyebrow and ask me: “Can you do all of this?”

Mereka juga bertanya tanpa perlu menghakimi buat apa saya mengajak anak usia hampir tiga tahun ikut pengamatan?

Mungkin saya akan dianggap berlebihan karena membahas ini semua. Atau bahkan membahasnya lagi dan lagi dan lagi.

But, if you’re bullied by so many people for some years and no one to listen, no place to hide, and nowhere to go, and your self-confidence drop into zero, then you can’t just be in the middle of a lot of people or difficult to make new friends because you have no self appraisal for your ownself for so many years, then after all that time when other people are so kind without so many reason then you will feel those are such a precious thing..

Thanks, travel mate. For making this 8 years of dreaming-trip comes true.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

One thought on “Cangar yang sempat terlewatkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top