Wednesday Jul 24, 2024

Lima hal yang tidak perlu dikatakan pada ibu yang baru melahirkan

Sebagai seorang ibu yang baru saja melahirkan, tentunya muncul perasaan campur aduk yang bahkan tidak dimengerti oleh sang ibu sendiri. Ditambah lagi dengan nyeri jahitan pasca lahiran (baik melalui vaginal maupun caesar) dan hormon yang masih belum normal kembali. 

Ibu yang baru melahirkan pun rentan dengan gejala baby blues ringan hingga post-partum depression alias depresi pasca melahirkan. Beberapa waktu lalu pun beredar di twitter cerita mengenai seorang bapak yang resign dari tempat kerjanya untuk menjadi supir agar bisa memiliki banyak waktu luang demi menemani istrinya yang mengalami depresi pasca melahirkan. Si ibu depresi karena omongan dari orang lain yang menyinggungnya karena melahirkan secara caesar dan dianggap tidak sama seperti ibu lainnya yang melahirkan tanpa operasi caesar.

Ffiuh… Sedih euy baca ceritanya. Saya aja yang pernah stress agak lama pasca lahiran (padahal lahirannya nggak caesar) rasanya sedih banget 😭. 

Baca juga: menampik baby blues

Pada waktu itu saya merasa ucapan sedikit saja yang tidak berkenan bisa langsung menyinggung hati. Karena hormon pasca melahirkan memang rasanya campur aduk dan naik turun banget. Kita memang tidak bisa memaksakan apa-apa yang orang lain akan katakan pada kita alias itu di luar kuasa kita. Karena itu saya mau share saja berdasarkan pengalaman dari sisi diri sendiri dan juga obrolan dengan beberapa kawan. Sehingga dalam kondisi seperti itu dan kita gantian yang berada pada posisi sebagai seseorang yang datang menjenguk, kita bisa lebih memilah dan memilih kata agar tidak menyinggung ibu yang kondisi fisik dan mentalnya masih rentan. Bukankah berkata yang baik adalah sebuah kebaikan?

Berikut kira-kira adalah topik yang sebaiknya dihindari diucapkan atau ditanyakan pada ibu yang baru saja melahirkan:

  1. “Caesar atau normal?” Jika memang penasaran pertanyaan ini masih mungkin saja ditanyakan. Beberapa kawan berkata kalau tidak keberatan ditanya hal seperti itu. Tapi please, stop sampai di situ saja. Jangan sampai jika si ibu menjawab “caesar”, lalu kita mulai memberondongnya dengan penghakiman bahwa melahirkan secara caesar itu membuatnya menjadi ibu yang tidak sempurna! Seriously, masih ada lho yang berpikir seperti itu.
  2. “ASI-nya belum keluar? Waah susah ya emang punya badan kecil. Makanya makan donk yang banyak!” Atau sebaliknya; “Deuh, pabriknya doang gede, ASI-nya nggak ada.” Blaaah! Daripada ngomong begitu mending beliin cokelat atau makanan favorit si ibu biar hormon oksitosin keluar dan ASI ibu mengalir deras.
  3. “Anaknya kok item?” atau misalnya menyinggung hidung yang pesek dan hal fisik lain yang berkaitan dengan si bayi. Ihiks… kenapa ya. Meski maksudnya bercanda tapi cobalah cari hal lain yang tidak menyinggung fisik. Lagian mang ngapa sik kalo anaknya item, emang udah dari sononya begitu. Btw, ini ngomong begini bukan semata-mata karena Aba juga berkulit gelap. Tapi seriously, gregetan juga pas denger sendiri balita perempuan yang belum ngerti apa-apa diledekin soal kulitnya terus-terusan sama tetangganya 😞. 
  4. “Alhamdulillah ya udah lahiran. Hayook hamil lagi.” Buseeeet jaitan aja masih sakit udah disuruh lahiran lagi. Kzl.
  5. “Udah lahiran, badan masih gendut aja.” atau sebaliknya, “Lagi menyusui kok kurus begitu badannya, nggak kasian sama anaknya?”. Ahuhuhuhuhu susyeee, Bu!

Hmm… kira-kira apalagi ya. Untuk saat ini baru itu aja sih yang keingetan dan beberapa di antaranya pernah dialami sendiri oleh saya maupun beberapa teman.

Saya sendiri sempat stress pasca melahirkan dan seolah kembali ke masa-masa minder dan tidak percaya diri karena setidaknya dalam tiga kali sehari tubuh saya yang baru melahirkan dibilang rusak. Ya mungkin memang tubuh kita mengalami proses yang luar biasa menyakitkan saat kontraksi, mengejan, dan melahirkan. Namun alangkah baiknya menyemangati si ibu yang menatap gelambir perut yang gombyor dengan kata-kata baik. Saya tidak berharap dipuji sebagai ibu paling cantik sedunia seperti Kate Middleton. Saya hanya berharap mendengar kalimat, “Nantinya tubuh kamu akan pulih lagi, memang butuh waktu, nggak instan tapi nantinya akan baik lagi seperti sedia kala.” dibandingkan dengan “Ibu yang baru melahirkan itu tubuhnya kaya nggak apa-apa, padahal dalamnya rusak.” berkali-kali terus menerus setiap hari.

Ihiks… dulu saya pernah minder karena di-bully terus-terusan akibat fisik yang terlalu pendek dan kurus. Sehingga ketika dalam kondisi rapuh pasca lahiran dan mendengar hal-hal negatif berkaitan dengan tubuh, seolah rasanya seperti kembali ke masa-masa minder.

Memang benar bahwa kita tidak bisa menentukan apa yang akan orang lain katakan pada diri kita, kita seharusnya hanya bisa menyaring apa-apa yang baik saja dan menata hati kita. 

Tapi itu teorinya. Kalo bayi udah jejeritan dan jaitan lahiran sakit, boro-boro mau menata hati dan menyaring kata-kata yang udah keburu dilemparkan, mau menata rambut alias sisiran aja udah lupaaaa.

Jadi, yuk ungkapkan hal positif pada ibu yang baru melahirkan! Daripada menanyakan hal-hal yang tidak perlu dan malah membuatnya bersedih, jika kita saat itu diberi rezeki berlebih kita katakan saja padanya: “Aku kirimin makanan nih, ditunggu yaaa di rumah!”

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top