Wednesday Jul 24, 2024

Ruang Terbuka Hijau: mari bermain di luar

Kapan terakhir kali berkegiatan di luar ruangan?

Meraba butiran pasir yang lembut, berdiri menggigil di puncak gunung menatap matahari terbit, terciprat ombak di atas perahu, atau bahkan berkebun dan melakukan pengamatan burung di belakang rumah.

What’s the meaning of doing outdoor activity?

Ruang Terbuka Hijau (green spaces) atau RTH merupakan sebuah ruang yang penting bagi setiap wilayah. Termasuk juga Jakarta, kota yang selama ini merangkap sebagai ibukota.

Berapakah luas area Ruang Terbuka Hijau yang dimiliki kota dengan banyak mall besar, apartemen, dan gedung tinggi-tinggi ini?

Area hijau ini sangat terbatas jumlahnya di ibukota. Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Jakarta seperti Taman Menteng, Taman Suropati, Hutan Kota Srengseng, Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Kota Kridaloka, dan Taman Margasatwa Ragunan. Dari RTH ideal yaitu 30 %, Jakarta hanya memiliki RTH sebanyak 9,8% saja. (Ady Kristanto, et al. 2011). Padahal keberadaan Ruang Terbuka Hijau dengan akses yang terbuka bagi semua warga sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri.

Ruang Terbuka Hijau mempengaruhi kualitas hidup manusia sebagai tempat untuk beraktivitas, relaksasi, dan berinteraksi satu sama lain. Ruang Terbuka Hijau bisa menjadi sebuah sarana untuk bersosialisasi dengan masyarakat lain, mengadakan suatu kegiatan, dan juga berolahraga. Dengan adanya Ruang Terbuka Hijau juga membantu penyerapan air sehingga mencegah banjir yang ketika datang akan menimbulkan rentetan permasalahan lain seperti kemacetan yang semakin parah, dan munculnya penyakit.

Seperti dikatakan Tarsoen Waryono bahwa sebanyak apapun polder, rumah pompa, dan revitalisasi gorong-gorong dilakukan, selama penampuangan dan fasilitas pengalir air alami yaitu sungai, situ, waduk, serta Ruang Terbuka Hijau masih buruk, banjir akan tetap menjadi ancaman. (Kompas, 13 November 2011). Namun meski banjir kerap kali datang lagi dan lagi, tetapi sepertinya upaya untuk memulihkan Ruang Terbuka Hijau dan pengalir alami tersebut di Jakarta masih sangat jauh dari maksimal.

Ruang Terbuka Hijau yang ditumbuhi pepohonan dan ekosistem di dalamnya memberikan manfaat bagi penduduk kota, yaitu sebagai peredam kebisingan, mengenalkan alam, menghalangi radiasi sinar ultraviolet, serta menciptakan kualitas udara yang lebih baik untuk dihirup manusia.

Kualitas udara yang buruk selain berdampak pada kesehatan juga mengurangi keindahan dan proses ekosistem, serta mengurangi jarak pandang (visibilitas). Adanya Ruang Terbuka Hijau, seperti hutan kota, juga bisa membantu mengurangi polusi udara dan mengurangi penggunaan energi di suatu gedung. (Nowak, David J. et al. 2007).

Peningkatan kendaraan bermotor yang juga secara otomatis menyumbang pada peningkatan polusi udara serta kemacetan menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. Contohnya yaitu asap buangan kendaraan bermotor bisa menimbulkan penyakit saluran pernapasan, kemacetan yang panjang dapat berakibat pula pada stress. Hal ini mengakibatkan tidak maksimalnya kegiatan yang dilakukan seseorang tersebut.

^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Green space is one component of biodiversity management and the most obvious. It can be a very visual and immediately effective part of biodiversity.” (Zitkovic, Maja. 2008; p.3)

Selain bermanfaat untuk penyerapan air, peningkatan kualitas udara, peredam kebisingan, dan manfaat lain yang telah disebutkan di atas, Ruang Terbuka Hijau juga penting bagi kelangsungan keanekaragaman hayati atau biodiversitas makhluk hidup, baik hewan dan tumbuhan, yang kemudian juga membawa kebaikan bagi manusia itu sendiri.

Ruang Terbuka Hijau yang ditumbuhi berbagai macam pepohonan akan menarik makhluk hidup seperti burung, kupu-kupu, lebah, ataupun bunglon. Kicauan burung yang hidup secara liar atau terbang bebas dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami warga kota.

“Biodiversity is not only an issue of the quantity of species and their habitats, but of the quality of areas and process.” (Zitkovic, Maja. 2008; p.2)

Burung membantu mengendalikan serangga hama, membantu proses penyerbukan, sebagai sumber pendidikan dan penelitian, juga sebagai objek untuk menyalurkan hobi pengamatan burung (birdwatching). Burung juga berperan sebagai indikator baik atau tidaknya sebuah lingkungan.

Selain burung, serangga seperti kupu-kupu dan lebah juga berperan sebagai polinator yang membantu penyerbukan bunga dan buah-buahan. Buah yang bisa kita makan dan bunga dengan segala bentuk dan warnanya itu bisa tercipta karena peran polinator tersebut.

Biodiversitas dan ekosistem yang sehat dalam sebuah kota juga mendukung terciptanya kehidupan penduduk yang berkualitas, menyediakan sarana perkotaan, dan membantu masyarakat memahami lebih jauh mengenai keberadaan dan pentingnya sebuah lingkungan karena mendekatkan biodiversitas pada penduduk kota bisa memicu tertariknya minat mereka pada isu-isu lingkungan. (Zitkovic, Maja. 2008).

Dengan pemahaman tersebut diharapkan timbul pula pemahaman untuk menjaga dan menciptakan ruang bagi keanekaragaman hayati secara jangka panjang.

Dengan menjaga biodiversitas dan menjaga keseimbangan alam maka Ruang Terbuka Hijau pun bisa berfungsi maksimal sehingga memberi manfaat bagi manusia. Yaitu sebagai sarana berkegiatan di luar ruangan (outdoor).

^^^^^^^^^^^^^^^^

Apa manfaat melakukan kegiatan di luar ruangan alias di alam terbuka?

Menurut Helen Bilton (2010) berkegiatan di luar ruangan tidak hanya berdampak baik bagi kesehatan fisik tetapi juga kesehatan jiwa manusia. Meskipun begitu, baik berkegiatan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) adalah dua hal yang sama penting dan tidak ada yang lebih baik antara satu dan yang lain. Tetapi dengan mengungkapkan pentingnya beraktivitas di luar ruangan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bahwa luar ruang juga merupakan bagian dari hidup yang memberikan banyak manfaat baik fisiologi, psikologi, fisik, sosial, dan sebagainya. Ini terkait dengan manfaat yang bisa diperoleh baik oleh pikiran maupun fisik tubuh manusia.

Banyak yang menyesali semakin tak sesuainya perkembangan anak masa kini, misalnya anak-anak lebih akrab dengan sinetron dan nyanyian orang dewasa. Lalu bagaimana dengan anak-anak di kota Jakarta di mana lahan hijau sangat minim? Disesaki dengan jalan raya, polusi kendaraaan bermotor, maraknya gedung tinggi, dan mall mewah membuat anak-anak kesulitan mendapatkan lahan untuk bermain sehingga hanya berkutat di depan televisi. Perkembangan teknologi yang meningkat pesat juga mengakibatkan anak-anak (dan juga orang dewasa) lebih banyak menghabiskan waktunya di depan komputer, bermain video-game, serta handphone yang mengakibatkan aktivitas di luar ruangan dan alam terbuka berkurang jauh. Hal ini yang disebut oleh Richard Louv sebagai “Nature-deficit disorder“.

Padahal dengan beraktivitas anak-anak belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan motoriknya, serta membangun koordinasi dan keseimbangan tubuhnya. Aktivitas fisik juga membantu menguatkan otot dan meningkatkan ketahanan tubuh. Dengan terciptanya ruang yang lebih luas, yaitu di luar ruangan, membuat anak-anak bisa bergerak dengan bebas sehingga mereka bisa memanfaatkan seluruh tubuh mereka dalam bermain dan berimajinasi.

Dengan bermain anak-anak juga belajar berbagi, mengembangkan kemampuan, dan memahami teman sebayanya. Bagi orang dewasa, dengan menyediakan kesempatan bermain di luar ruangan untuk anak-anak, berarti mengakui bahwa bermain di luar ruangan sama pentingnya dengan kegiatan di dalam ruangan bagi anak dan menjadikan alam sebagai partner dalam proses belajar, sehingga baik indoor maupun outdoor menjadi bagian yang saling melengkapi. (Helen Bilton, 2010)

“Being in and around green space has measureable effects on our physiology, functioning, and mental health status.”(Kuo, Frances E. 2010; p. 18)

Seperti dikatakan Kuo, Frances E. (2010), beraktivitas di luar ruangan tidak hanya baik bagi anak-anak tetapi juga orang dewasa. Aktivitas di luar ruangan tidak hanya bermanfaat bagi fisik tetapi juga bagi jiwa. Ruang hijau akan memicu terciptanya rohani yang sehat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 15 menit berjalan di lingkungan hutan mengurangi lebih banyak stress daripada berjalan di lingkungan perkotaan dalam waktu yang sama. Aktivitas berjalan di hutan ini disebut Shinrin-yoku atau forest bathing.

Ray of light, Ciliwung Bojong

Berjalan kaki di taman, berkebun dalam waktu beberapa menit, ataupun menatap pemandangan hijau di luar jendela sangat bermanfaat bagi kesehatan pikiran dan ketenangan.

Beraktivitas di luar ruangan dan mendapatkan vitamin D yang cukup bisa membuat tubuh lebih sehat karena membantu menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan kepadatan dan fleksibilitas tulang sehingga berperan dalam menguatkan tulang dan melindungi dari terkena osteoporosis, mengurangi resiko terkena penyakit kanker, penyumbatan pembuluh nadi dan resiko terkena penyakit jantung karena aktivitas ini memungkinkan tubuh menerima oksigen lebih banyak ke jantung dan otot.

Bermain “benteng” di area hutan bambu, Ciliwung Bojong

Kegiatan seperti pengamatan burung misalnya secara otomatis juga memasukan unsur berjalan kaki di dalamnya, menginterpretasikan warna dan suara burung, serta bersosialisasi dengan pengamat-burung lain.

Aktivitas jalan kaki memberi banyak manfaat, di antaranya yaitu mengurangi resiko kanker payudara, stroke, diabetes, kanker usus, menghilangkan penyakit sendi dan nyeri punggung, memperkuat otot, sendi, dan tulang, melindungi dari patah tulang panggul, menurunkan stress, meningkatkan kualitas tidur, serta menghindari resiko obesitas. Sehingga kegiatan di luar ruangan yang meliputi aktivitas berjalan kaki sangat baik bagi kesehatan tubuh dan pikiran. (Godbey, Geoffrey. 2009).

“The fact that all over the world people keep pets, cultivate gardens, maintain aquariums, go birdwatching, enjoy nature videos, and take vacations in places of natural beauty, reminds us of another suite of values of biodiversity: those that give us peace and contentment.” (Beattie, Andrew; Ehrlich, Paul R. 2004; p. 8)

Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di luar ruangan?

Ada berbagai macam kegiatan yang bisa dilakukan di luar ruangan, beberapa contoh di antaranya seperti dikatakan Helen Bilton (2010) dan sekaligus kumpulan kegiatan dan acara yang pernah dialami dan menjadi pengamatan penulis yaitu:

  1. Bermain imajinasi

Kegiatan ini memicu anak untuk berpikir dan berimajinasi mengenai apa yang harus mereka lakukan agar bisa melakukan permainan ini. Misalnya berpura-pura menjadi kodok. Dengan kegiatan ini maka mereka harus bisa membayangkan dan kemudian menirukan seperti apa suara kodok tersebut.

  1. Pengembangan kemampuan motorik

Dengan aktivitas ini, anak-anak bisa mengembangkan kemampuan motorik mereka seperti keseimbangan dan kekuatan. Serta meningkatkan kepercayaan diri dan membangun kerja sama dengan anak lain. Berikut adalah foto kegiatan sewaktu anak-anak panti asuhan melakukan kegiatan outbond di Kandank Jurank Doank, Ciputat. Untuk bisa membuat perahu dari ban ini melaju, tentu mereka harus mendayung dengan seirama. Kalau tidak maka akan diam saja atau berputar di tempat. :p

  1. Berkebun

Dengan kegiatan ini anak-anak (dan juga orang dewasa) mempelajari konsep lingkungan dan sains dengan menyenangkan, serta belajar bagaimana memelihara dan perduli pada lingkungan. Ini adalah foto sewaktu berkunjung ke Suaka Margasatwa Muara Angke. Cerita mereka ada di sini.

“By working with soil, planting, and tending gardens, people can nurture themselves and their communities while nurturing the environment.” (Kuo, Frances E. 2010; p.37)

  1. Kegiatan ilmiah

Dengan kegiatan ini anak-anak belajar bagaimana menggunakan semua panca inderanya untuk mengetahui dan menyelidiki sesuatu. Mereka belajar berkonsentrasi dengan semua panca inderanya sehingga menggunakannya secara efektif. Berikut adalah kegiatan sewaktu anak-anak mengenal lebih jauh biota-biota yang hidup di sungai Cibulao. Cerita lengkapnya ada di sini.

Contoh aktivitas luar ruang lain yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada alam sekitar misalnya belajar mengenal siklus air, mengetahui daur hidup serangga, serta mengenal nama-nama tumbuhan dan fungsinya.

@ Ciliwung Bojong
  1. Kegiatan kreatif lain seperti melukis, menggambar, ataupun mendongeng.
Belajar melukis di media daur ulang, Ciliwung Kalibata
Melukis di tepi sungai Ciliwung, Kalibata

Kegiatan-kegiatan tersebut juga berhubungan dengan pendidikan lingkungan hidup atau environmental education. Menurut Harjanti Yudomustopo (1992) pendidikan lingkungan hidup ini penting untuk melatih dan mengembangkan kepedulian pada lingkungan sejak dini. Anak-anak usia 4-6 tahun dan 7-13 tahun adalah masa-masa di mana muncul banyak rasa ingin tahu sehingga rasa tanggung jawab, kebersihan, ketekunan, dan kerjasama bisa mulai dibentuk dan didukung. (Mohammad Soerjani. 1997; p.375.) Pengenalan alam pada remaja dan dewasa juga menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Ketika mereka sudah paham akan makna menjaga lingkungan, mereka akan menyebarkan hal positif tersebut kepada teman-temannya dengan cara-cara yang unik dan kreatif, yang kemudian akan berakibat semakin banyaknya masyarakat yang tertarik dan paham akan lingkungan.

Presentasi kegiatan, Ciliwung Bojong

Tentu semua kegiatan dan usaha ini tak mudah dilakukan dan tak bisa dalam sekejap mengubah anak-anak ataupun masyarakat untuk langsung mengerti dan memiliki perilaku mencintai lingkungan. Namun secara perlahan tapi pasti, setiap usaha maksimal akan berbuah hasil yang baik.

Jadi?

Mari bermain di luar ruangaaan!

Referensi:

Ady Kristanto, et al. 2011. Burung ibukota: panduan mengamati dan memotret burung-burungJakarta.Jakarta:JakartaBirdwatchers Society.

“Banjir Periode 5 Tahun Sekali Bisa Berulang”. (2011, 13 November). Kompas.

Beattie, Andrew; Ehrlich, Paul R. 2004. Wild solutions: how biodiversity is money in the bank. Yale University Press.

Bilton, Helen. 2010. Outdoor learning in the early years: management and innovation. 3rd. ed.London: Routledge

Endes N. Dahlan. (1992). Hutan kota: untuk pengelolaan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) bekerja sama dengan IPB

Godbey, Geoffrey. 2009. Outdoor Recreation, Health, and Wellness: Understanding and Enhancing the Relationship. Resources for the Future. http://www.rff.org/publications/pages/publicationdetails.aspx?publicationid=20803 (diakses tgl 29 Desember 2011)

Harjanti Yudomustopo. 1992. Promoting environmental education among the youth. Workshop towards a south and southeast asia network for environmental education, 10-12 February 1993. Ahmedabad, India, 10 pp.

Kuo, Frances E. (Ming). 2010. Parks and other green environments: essentials components of a healthy human habitat. National Recreation and Park Association, p.18-19 http://www.nrpa.org/uploadedFiles/Explore_Parks_and_Recreation/Research/Ming%20%28Kuo%29%20Reserach%20Paper-Final-150dpi.pdf (diakses tanggal 29 Desember 2011)

Nowak, David J., et al. 2007. Assessing Urban Forest Effects and Values.USDAForest Service. http://www.treesearch.fs.fed.us/pubs/ (diakses tanggal 29 Desember 2011)

Mohammad Soerjani. 1997. Environmental education for biodiversity and sustainable development. Universityof Indonesia in cooperation withLondonGuildhallUniversity.

Norris, Ken & Pain, Deborah J. (2002). Conserving bird biodiversity. CambridgeUniversity Press.New York. Chapter 2. p. 33

Why protect urban green space? http://bodinestreetgarden.org (diakses tanggal 9 Januari 2012)

Zitkovic, Maja. 2008. Managing green spaces for urban biodiversity. Factsheet by ICLEI. http://www.countdown2010.net/2010/wp-content/uploads/FS7Greenspace_small.PDF (diakses tanggal 29 Desember 2011)

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top