Friday Jul 26, 2024

Perubahan iklim dan apa saja yang bisa aku lakukan

Merasa nggak sih akhir-akhir ini cuaca sangatlah ekstrim? Sebentar panas, sebentar hujan. Atau sejak pagi hingga siang, matahari terik menyengat. Tiba-tiba selepas sore, langit langsung mendung. Dan nggak tanggung-tanggung, bukan hanya mendung tapi langsung hujan besar. Belum lagi adanya peristiwa angin puting beliung di berbagai daerah. Cuaca ekstrim tersebut dan suhu bumi yang semakin meningkat disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin lama semakin parah.

APA ITU PERUBAHAN IKLIM?

Menurut United Nations, perubahan iklim alias climate change adalah pergantian suhu udara dan cuaca secara jangka panjang. Perubahan atau pergantian cuaca ini seharusnya menjadi hal yang normal, namun seiring dengan aktifitas manusia yang menemukan bahan bakar fossil di tahun 1800-an, perubahan iklim pun semakin meningkat secara drastis.

Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor melepaskan emisi yang membuat bumi menjadi seperti terperangkap sehingga panas matahari tidak bisa dilepaskan keluar dari bumi dan menyebabkan suhu di planet ini semakin meningkat. Inilah yang disebut dengan istilah efek rumah kaca.

Tidak hanya karbondioksida yang dihasilkan kendaraan bermotor, gas metana juga menyebabkan efek rumah kaca. Metana ini dihasilkan dari tumpukan sampah yang menggunung di tempat pembuangan sampah. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang ada saat ini sangat kewalahan menampung segala sampah yang diangkut dan dihasilkan dari kegiatan manusia.

Seolah belum selesai sampai di situ, perubahan iklim juga semakin meningkat karena hutan yang semakin rusak. Area hutan yang seharusnya menjadi penyejuk dan paru-paru wilayah justru malah banyak dirusak demi kepentingan sesaat saja. Ditambah lagi meningkatnya pabrik industri yang membuang limbah sembarangan. Sudah jelas ya sekarang kalau penyebab utama perubahan iklim adalah karena ulah manusia.

APA DAMPAK PERUBAHAN IKLIM?

Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan terjadinya banyak peristiwa alam yang terjadi semakin cepat. Dampak dari perubahan iklim di antaranya yaitu permukaan air laut yang semakin naik akibat lapisan es di kutub mencair karena bumi yang semakin panas, hal ini bisa berdampak pada biota-biota laut yang habitatnya terganggu. Dampak berikutnya yaitu curah hujan yang sangat tinggi namun kemudian juga bisa mengalami kekeringan yang cukup parah saat musim kemarau. Angin puting beliung juga makin marak terjadi di sejumlah tempat. Sementara di sebuah wilayah mengalami banjir, di tempat lain memiliki masalah berupa kekurangan air bersih.

Jika berpikir bahwa menghilangnya biota laut dan beruang kutub tidak ada pengaruhnya pada kehidupan kita maka itu salah besar. Sudah banyak sekali peristiwa kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia dan anak cucu yang hidup di kemudian hari lah yang menanggung segala kerusakan tersebut.

PERUBAHAN IKLIM YANG DIRASAKAN

Kita sudah mengalami sendiri seperti yang sudah disampaikan di awal tulisan di atas, bahwa cuaca ekstrim melanda sebagian besar wilayah saat ini. Sebentar panas, sebentar hujan. Cuaca yang cepat sekali berubah-ubah menyebabkan rentan timbulnya penyakit, terutama di masa pandemi seperti ini. Tempo hari, anak-anak bergantian flu. Syukurlah hanya berlangsung sekitar 3 hari. Tahu sendiri lah ya, sakit di masa pandemi seperti ini lebih khawatir rasanya. Apalagi yang sakit anak-anak. Dan terutama kalau minum obat tuh ya bisa teriak-teriak sampai kedengeran orang sekampung T_T

Polusi udara yang sempat meningkat beberapa waktu lalu juga menyebabkan saya mengurungkan niat untuk mengajak anak-anak keluar rumah. Tidak terbayang dengan kondisi kualitas udara yang buruk lalu ditambah lagi dengan menghadapi kemacetan dan asap knalpot yang mengepung dari segala sisi.

Bagaimana dengan kesehatan mental?

Oh ya, rupanya berdasarkan penelitian, perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan mental. Seseorang bisa jadi mengalami kecemasan akibat terlalu mengkhawatirkan bagaimana kondisi bumi nantinya 10 tahun lagi. Dan kecemasan itu sempat terjadi pada saya. Syukurlah tidak berlangsung lama dan semoga tidak terulang lagi Karena rasanya sungguh nggak enak. Rasanya selalu terbayang-bayang kehidupan yang jadi tidak menentu akibat bumi yang makin rusak. Pada saat itu kemudian saya biasanya menarik nafas dan berpikir bahwa semua yang terjadi adalah karena seizinNya, dilanjutkan dengan berpikir tindakan apa saja yang bisa dilakukan agar kerusakan di bumi tidak semakin parah, lalu berdoa semoga saja kita semua masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperbaiki kerusakan sehingga planet ini tetap menjadi planet yang layak untuk kita tinggali.

APA SAJA HAL YANG BISA KITA LAKUKAN?

Apakah kita ingin mewariskan anak cucu kita dengan tumpukan sampah yang menggunung, kebakaran hutan, kekurangan air bersih, dan segala kerusakan alam lainnya? Tentu saja tidak ya. Lalu, apa dong yang bisa kita lakukan untuk setidaknya mencegah perubahan iklim ini terjadi semakin cepat? How to do simple act with great impact? #TeamUpforImpact

Berikut beberapa hal yang saat ini saya lakukan sebisa-bisanya (dan semampu-mampunya) untuk melambatkan perubahan iklim dan tentunya #UntukmuBumiku.

  1. Membeli menu takjil dengan membawa wadah dari rumah

Jumlah sampah di bulan ramadhan biasanya meningkat pesat. Ini karena kebutuhan dan tingkat konsumsi semakin bertambah dari bulan-bulan lainnya. Sampah ini mencakup juga sampah plastik yang digunakan untuk membungkus makanan. Untuk mencegah penggunaan plastik, biasanya saya membawa wadah Tupperware dari rumah beserta tas kain untuk membeli jajanan berbuka puasa. Jajanan yang dipilih juga biasanya yang bebas plastik misalnya lontong dan gorengan. Iyes, mihil ya gorengan sekarang. Rp 5.000 dapatnya 4 aja T_T

Lontong yang dibungkus daun tentunya menghasilkan sampah organik saja berupa bungkus daun pisang. Biasanya lontong tersebut langsung saya masukan ke dalam wadah Tupperware beserta gorengan abang-abang.

“Langsung cemplungin aja, Bang!” Gitu biasanya saya bilangnya kalau abangnya bingung dan sudah siap ngambil plastik. Harus buru-buru yes, biar nggak keduluan abang gorengan bungkusin plastik. Sat set sat set gitu lah, kayak dulu waktu kamu mau nembak gebetan :(.

  1. Pilah sampah dari rumah

Gas metana yang dihasilkan oleh tumpukan sampah berpengaruh besar pada perubahan iklim. Agar tumpukan sampah bisa dikurangi, sebaiknya kita juga mengurangi pembelian barang-barang yang tidak perlu alias membeli sesuai kebutuhan. Sebenarnya mengolah sampah organik di rumah sangatlah berpengaruh namun karena lahan yang terbatas hal tersebut dengan terpaksa masih belum bisa saya lakukan. Hal yang bisa saya lakukan saat ini adalah memilah sampah anorganik. Sebagai pecinta skin care, botol-botol kosong dan karton kemasan skin care saya pisahkan untuk kemudian saya kirimkan ke pengelolaan sampah Waste for Change. Sementara untuk sampah kardus dan botol plastik saya berikan pada petugas sampah yang lewat secara terpisah dengan sampah organik agar memudahkan mereka.

3. Menggunakan transportasi publik

Perubahan iklim salah satunya disebabkan oleh banyaknya gas buangan dari kendaraan bermotor. Maka menggunakan transportasi publik adalah salah satu hal yang sangat baik untuk dilakukan. Setidaknya meskipun belum 100% dilakukan alias kadang-kadang masih pesen taxi online ataupun naik motor tapi pada kesempatan yang memungkinkan, sebisa mungkin kami naik kereta, bus, MRT, maupun berjalan kaki saja. Manfaat lain dari menaiki transportasi publik yaitu mengajarkan anak untuk mengantri, bersikap di ruang publik, membeli tiket dan berperilaku baik pada petugas jaga, juga belajar sabar misalnya kereta ataupun bus yang ditunggu-tunggu belum datang ataupun mengalami kemacetan.

Berhubung masih pandemi, jangan lupa tetap memakai masker dan membawa hand sanitizer ya saat bepergian dengan transportasi publik. Oh iya, jika memungkinkan dan tidak ada kepentingan mendesak maka pilihlah waktu-waktu yang bukan jam sibuk ketika mengajak anak turut serta.

4. Mengajak anak mencintai lingkungan dan alam sejak dini

Satu hal ini yang menjadi goals saya sejak sebelum memiliki anak. Ketika anak pertama lahir, saya berniat untuk tidak memburu-burunya saat dia tumbuh hannya pada kemampuan akademis semata. Saya tidak ingin ia (misalnya) lancar membaca sejak dini tapi tidak mengenal alam sekitarnya ataupun terbiasa membuang sampah sembarangan saat sudah besar.

Saya berpikir bahwa untuk memperbaiki kerusakan alam akibat ulah manusia yang tamak, kita semua memiliki peran untuk mengajak anak-anak sebagai generasi penerus agar mencintai lingkungan. Dan itu bisa dilakukan sejak dini.

Contoh mudahnya saja, mengajak anak bermain di taman kota. Berdasarkan pengalaman, hal ini tidak dianggap keren bagi kebanyakan orangtua karena persepsi taman kota yang kumuh, panas, dan bukan tempat yang bergengsi. Eits, tapiiii sekarang kan di Jakarta sudah banyak nih taman-taman yang keren lengkap dengan playgroundnya. Nah, mengajak anak untuk bermain di luar ruangan alias outdoor ini bermanfaat besar bagi tumbuh kembang mereka. Area rumput dan pepohonan yang rindang justru menambah kesejukan. Pandemi juga semakin menyadarkan saya bahwa area indoor dengan sirkulasi udara tertutup dan berpotensi lebih besar menyebarkan virus Corona memang bukan pilihan yang tepat bagi kita semua. Area outdoor dengan sirkulasi udara justru sangat baik. Kalau ada kelebihan uang, bolehlah ajak anak-anak kemping di kaki gunung, mengenalkan mereka dengan air terjun, sungai, dan satwa yang ada di hutan tersebut.

Taman kota
Kemping di gunung

Biasanya saya juga mengajak anak mengenali burung dan kupu-kupu, juga tumbuhan melalui event pengamatan. Event pengamatan ini bisa juga dibuat oleh komunitas setempat maupun pribadi.

Inti utamanya: mencintai lingkungan akan bisa terwujud jika dimulai dengan mengenali lingkungan terlebih dulu, dimulai dari lingkungan terdekat.

Selain mengajak anak berkegiatan outdoor, saya berusaha menuliskan pengalaman berbagai pengamatan yang sudah dilakukan melalui menulis cerita anak-anak dan menuangkannya menjadi sebuah buku. Alhamdulillah sudah ada dua buku cerita anak yang saya tulis (dengan kawan saya selaku ilustratornya) dengan tema cerita yaitu lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati (biodiversity).

Alhamdulillah respon pembaca anak dan orangtua sejauh ini sangat baik dan menyukai buku tersebut. Mohon doa ya semoga akan ada buku-buku bacaan anak selanjutnya lagi. InsyaAllah. Aamiin.

Apapun usaha kita masing-masing, meski jauh sekali dari sempurna namun semoga bisa turut berperan serta mengurangi laju perubahan iklim. Semoga Allah melihat segala usaha baik kita dan memudahkan langkah selanjutnya agar kita dan anak-anak semakin dikuatkan langkah memperbaiki bumi dan dijauhkan dari sifat tamak dan merusak lingkungan. Aamiin Allahumma aamiin. Yuk, kita bersama-sama melakukan hal terbaik untuk mengurangi dampak perubahan iklim!

Kalau kamu, gimana cerita kamu dengan perubahan iklim saat ini? Yuk, cerita di kolom komentar!

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top