11 fakta tentang kota Taipei
Ditulis pertama kali tahun 2016 dan kemudian disunting kembali.
Taiwan termasuk menjadi negara yang sukses mengatasi COVID-19. Berkaca dari pengalaman dengan SARS sebelumnya, Taiwan memperketat soal pandemi ini dengan terbilang sukses karena menyiapkannya sejak awal. Salah satu hal yang turut menjadi faktor menurut saya adalah soal masyarakatnya yang terbiasa disiplin. Saya jadi ingat perjalanan kami ke Taiwan hampir 5 tahun lalu (Ya Allah kok cepet banget ya udah lima tahun T_T).
Selama lima hari kami berada di kota Taipei saat itu, kami menyadari bahwa ada banyak kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang di Taipei yang saya rasa tidak dibangun dalam waktu sebentar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut banyak di antaranya bersifat positif dan layak kita tiru. Berikut adalah beberapa fakta yang saya temukan saat berada di kota Taipei:
- Tetap Tertib Antri Saat Menunggu Bus
Ketika sedang melaju dalam mobil, saya menoleh mengamati antrian di tepi jalan. Orang-orang berbaris berjajar ke belakang dengan sangat rapi. Ternyata mereka sedang menunggu bus yang saat itu belum datang. Tidak ada pagar pembatas di sana namun antrian tersebut sangat rapi sekali. Ketika bus datang pun tidak ada yang berebut naik, semua calon penumpang naik satu per satu dengan tertib.
2. Mengantri di Dalam Garis Ketika Berada di Peron Stasiun Kereta
Jadi rupanya mengantri di peron pun ada aturannya. Kalau tadi mengantri di pemberhentian bus cukup berjajar ke belakang, yang ini agak belok dikit gitu. Ngikutin garis!
Garis antrian di peron ini sudah diatur sedemikian rupa supaya ketika calon penumpang berdiri tidak akan menghalangi penumpang yang akan turun. Jadi keretanya juga berhentinya pas banget, nggak meleset meskipun nggak ada masinisnya.
Sehingga calon penumpang semuanya tertib mendahulukan penumpang yang akan turun lebih dulu. Jadi nggak ada adegan ngejungkel gara-gara mau turun ke peron eh diserobot yang berebutan mau naik.
3. Selalu Berdiri di Eskalator pada Lajur Sebelah Kanan
Ini berlaku buat yang hanya berdiri saja di eskalator sambil melihat-lihat sekeliling, atau mengobrol. Jadi meskipun mengobrol ya nggak boleh berdiri berdua di anak tangga yang sama. Harus depan belakang! Pokoknya lajur kiri itu HARUS kosong! Karena buat orang lain yang sedang terburu-buru.
4. Peminjaman Payung Gratis
Beneran deh, ide ini sebenarnya seru sekali. Jadi saya melihat sebuah keranjang besi di pojok sebuah stasiun. Pas saya lihat tulisan di atasnya ternyata keranjang besi itu tempat meletakan payung. Jadi ketika hujan, ada payung gratis yang tersedia di stasiun dan boleh dipinjam secara bebas ketika kita tidak membawa payung agar tidak kehujanan. Dengan catatan, setelah selesai dipakai wajib mengembalikannya lagi ke tempatnya karena ada orang lain yang juga membutuhkan.
5. Accessibility for All!
Di semua tempat publik yang ada di Taipei, pasti selalu ada tiga atau empat tipe toilet. Satu untuk laki-laki, satu untuk perempuan, satu untuk difabel, satu lagi untuk ibu yang membawa anak. Tapi di beberapa tempat, toilet untuk difabel dan untuk ibu yang membawa anak dijadikan satu ataupun berdampingan.
Dudukan toiletnya dibuat lebih rendah, terdapat pegangan di dindingnya, tidak ada undakan supaya kursi roda pun bisa masuk dengan mudah, lalu tersedia meja dengan ketinggian yang kira-kira pas untuk tempat mengganti popok bayi.
Semuanya bersih? BERSIH.
6. Antrian loket khusus.
Nggak cuma toilet, tapi juga antrian loket. Ada antrian khusus untuk difabel sehingga tidak perlu mengantri lama dengan yang lain. Kalau menggendong anak ya sudah pasti antriannya juga beda. Begitu juga lansia.
Sewaktu kami baru tiba di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan, kami sudah bersiap melewati antrian pemeriksaan paspor seperti orang-orang yang lain. Ternyata kami malah disuruh ke loket paling kanan karena petugas melihat kami menggendong anak. Rupanya antrian itu khusus bagi orangtua yang membawa anak, difabel, maupun khusus lansia.
Maka nggak heran kalau saat di jalan raya kita bertemu penyandang difabel yang melaju sendiri di kursi roda otomatisnya. Menyeberang jalan juga aman, naik kereta juga hayuk!
6. Pejalan Kaki Adalah RAJA
Huaaa… saya girang banget waktu lihat trotoar sak gede-gede gaban begitu. Mau glundang-glundung kalo nggak malu juga boleh.
Pokoknya nggak ada ceritanya kita lagi jalan di trotoar trus diklakson suruh minggir. Padahal udah mepet ke got, ke pagar, eh masih juga diklakson kayak yang pernah saya alami!
Nyoh lihat! GIMANA NGGAK PENGIN GEGULINGAN DI TROTOAR COBA!
Bukan cuma pejalan kaki, pesepeda juga berjaya! Di tepi jalan atau tempat-tempat publik pasti ada tempat parkir sepeda ataupun peminjaman sepeda.
7. Penyiram toilet otomatis
Jadi… Jadi… Jadi… Saya nggak tahu kalo penyiram toiletnya otomatis. Saat berada di stasiun dan mampir ke toiletnya, saya langsung bersyukur karena toiletnya adalah toilet jongkok. Namun meski masih masuk kawasan Asia, ternyata masyarakat di sini nggak tipikal Indonesia yang harus pakai gayung hehe. Bahkan bidetnya pun seringkali nggak ada dan hanya ada tissue macam di barat. Tante saya yang tinggal di sini menunjukkan wadah plastik yang ia selalu bawa di tas khusus untuk membasuh di toilet haha. Jadi wadahnya kita isi air dulu di wastafel untuk dibawa masuk ke dalam toilet karena di dalam nggak ada keran yang tersedia.
Setelah saya selesai BAK, saya bingung, heboh sendiri celingukan nyari tuas penyiramnya. Menyesal sekali tadi nggak nanya dulu sama Tante saya di luar. Trus ini nyiramnya gimanah?!
Mata saya tertuju pada tombol merah di depan saya yang kemudian saya tekan tapi nggak ada kejadian apa-apa. Apa mungkin sudah saya tekan tapi nggak kenceng ya jadi nggak ngaruh apa-apa. Rasanya saya sudah desperate pengin keluar dari kamar mandi. Hingga akhirnya ternyata begitu saya bangun dari jongkok aoalah pake sensor, Cyiiin! Langsung kesiram otomatis.
Saya ketawa sendiri. Ini baru sampe Taipei ya. Gimana kalo saya sampe Jepang yang katanya toilet duduknya bisa disetel jadi hangat kalo pas lagi musim dingin. Ck..ck…ck…
Pas keluar dari kamar mandi dan cerita ke Tante saya tentang apa yang terjadi di dalam, Tante saya berkata untung aja itu tombol nggak kepencet beneran. Karena tombol tersebut adalah tombol bantuan. Misalnya orang yang di kamar mandi jatoh, kejeblos, atau sakit tiba-tiba. Nah, tombol itu adalah tombol bantuan darurat.
“Nanti bunyi nguiing nguiing lho disamperin petugas banyak yang mau nolongin hahaha”. Kata si Tante sambil ketawa.
Hueee.. Hampir aja T_T.
8. Tempat Sampah Minim
Iyes, jaraaaaang banget saya ketemu sama tempat sampah. Meski begitu, kesadaran akan kebersihan sangat tinggi. Jalan raya, pinggir got, taman, stasiun, semuanya bersih!
9. Gerbong yang sunyi
Jarang sekali kami menemukan orang-orang Taipei yang ramai mengobrol di dalam kereta atau bahkan menelepon di dalam kereta. Semuanya diam atau membaca buku. Hanya beberapa kali ada obrolan penumpang yang itupun karena membawa anak. Pokoknya nggak ada yang heboh hahahihi cekikikan gitu.
10. Banyak TKI dan TKW
Saya tidak tahu kalau banyak TKI yang bekerja di sana. Saya pikir banyak di Malaysia, Singapura, dan Hongkong saja. Ternyata buanyak sekali! Sewaktu berangkat naik pesawat, hampir satu pesawat isinya TKI semua. Ketika kami turun di bandara, ada barisan-barisan para tenaga kerja yang sepertinya baru kali itu menginjakkan kaki di Taiwan dan sedang mendapat instruksi dari institusinya.
Saya berkenalan dengan Mbak D yang sudah bekerja di rumah majikannya selama 10 tahun. Kami bertemu saat shalat jumat di Masjid Agung. Majikan Mbak D, yaitu seorang nenek yang sudah sangat sepuh dan sehari-harinya duduk di kursi roda tersebut juga beragama Islam dan rutin datang ke masjid pada hari Jumat.
Selain itu saya juga berkenalan dengan Mbak X saat shalat di stasiun. Karena banyaknya warga Indonesia yang bekerja di daerah tersebut sehingga akhirnya disediakan ruangan kecil di sudut stasiun tersebut untuk shalat.
Semoga para tenaga kerja itu semuanya diberi kesehatan dan keberkahan dalam kerjanya. Aamiin.
Selain itu saat akhir pekan tiba atau ketika berjalan-jalan saja cukup mudah menemui TKW berjilbab. Pada saat pulang saya juga dikira TKW dan anak saya dikira lahir di Taipei hahaha.
11. Banyak Taman Kota
Jujur saja, spot wisata di Taiwan tidak banyak dan nggak memukau banget kaya di Indonesia. Bagus tapi masih biasa aja gitu. Nggak sampe take a deep breathe kaya kalau lihat matahari terbit di Penanjakan.
Tapiiiii orang-orang di Taiwan bisa membangun, mengelola, dan khususnya lagi bisaaa menjaganya. Jadi tempat-tempat yang biasa aja gitu bisa jadi keren. Dan terutama banyaaak sekali taman-taman kota juga tempat bermain yang (lagi-lagi) ramah keluarga. Bukan di mall, tapi di ruang terbuka dan dapat mudah diakses, gratis pula!
Itu dia beberapa fakta yang ada di Taipei, Taiwan yang bikin saya pengin balik lagi. Kalau ditanya kekurangannya, ya pastinya ada ya. Saya mungkin belum kelihatan aja karena kan hanya 5 hari di sana. Saya cuma bisa jawab kekurangannya adalah pas lagi sepedahan di sana nggak ada tukang nasi goreng atau tukang siomay apalagi pecel ayam.