Friday Jul 26, 2024

Sepuluh hal untuk mengurangi stress dan rileks di akhir pekan

Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari stress dan lelah yang ditimbulkan dari kemacetan kota, polusi udara, jadwal padat, tertimpa sakit, dan kejar-kejaran deadline? Ini 10 hal yang mungkin bisa dilakukan, baik di akhir pekan (weekend) atau juga weekdays, tergantung pada kebutuhan masing-masing:

1. Tea or hot tea.

Uap yang mengepul dari teko seolah menggoda untuk menarik (saya) ke pusaran di dalamnya. Secangkir teh panas yang diseduh, dengan dicampur madu, biasanya sudah sangat pas untuk menikmati senja atau mendengarkan rintik hujan di luar jendela.

Close ur eyes, take a deep breath, and feel the taste..

2. Pandangi rerumputan hijau, jalan kaki berkeliling perumahan, berkunjung ke taman terdekat atau hutan kota, dengarkan kicau burung, amati kupu-kupu, dan tinggalkan media social sejenak.

Berlibur tentu jadi idaman setiap orang yang sehari-harinya mengalami cukup banyak kegiatan yang padat. Beraktivitas di luar ruang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan psikologi. Namun jika tak cukup dana untuk berlibur ke pulau atau luar kota, pergi saja ke taman atau lapangan terdekat pada pagi hari, jalan kaki, amati alam sekitar. Lakukan forest bathing atau shirin-yoku.

Atau bahkan pergi saja ke halaman belakang rumah dan amati rerumputan hijau serta lebah madu yang mengumpulkan nektar.

Murah, mudah, dan tak kalah menyenangkan.

3. Membaca dan menulis

Sudah banyak penelitian dan tulisan yang menguraikan mengenai manfaat membaca. Di antaranya yaitu membaca dapat mengasah kemampuan berpikir karena dalam aktifitas tersebut terdapat kombinasi kegiatan antara mata dan otak. Sementara menulis merupakan hal yang hampir tak terpisahkan dari membaca. Mereka yang memiliki kemampuan menulis, hampir bisa dipastikan juga merupakan seorang yang rajin membaca buku. Dengan menulis, seseorang bisa menuangkan hal yang dirasakannya sehingga membuat dirinya menjadi lebih lega.

4. Berkunjung ke rumah sanak famili atau sahabat

Saya belajar bahwa setiap orang selalu senang jika ada yang berkunjung ke rumahnya. Tanpa membawa apa-apa pun, biasanya kakek, nenek dan keluarga lain senang sekali melihat kita datang dan mampu meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan mereka. Tapi lebih baik mungkin membawa sesuatu, yang paling umum itu biasanya martabak atau pisang goreng hehe.

5. Berkunjung ke panti asuhan, rumah singgah, yayasan kanker

Cobalah datang ke panti asuhan, yayasan rumah sakit, atau rumah singgah. Bawa buku-buku bergambar, boneka, atau datang saja dan menggambar bersama dengan anak-anak di sana. Bahkan senyum pun sudah cukup membuat mereka juga senang. Dengan membuat orang lain senang dan tersenyum, hormon endorfin dalam diri kita bisa saja meningkat sehingga kita pun merasa bahagia. Apalagi jika anak-anak itu turut mendoakan kebahagiaan kita.

Maka silakan bernyanyi ala Craig David; “I’m… living in the world filled with love…”

6. Menjadi relawan

Ini rentetan dari kegiatan sebelumnya. Coba ajak kawan-kawan terdekat untuk juga turut merasakan berkunjung ke tempat sosial. Setelah itu bisa saja merencanakan kegiatan yang lebih untuk menghibur anak-anak di sana. Adakan saja hal sederhana, misalnya lomba menggambar, mewarnai, membaca bersama, atau bisa juga mengundang mereka yang bisa mendongeng. Lebih bagus kalau bisa mendongeng sendiri (untuk yang ini saya juga belum bisa haha).

Beli hadiah sederhana untuk anak-anak tersebut, bungkus (bisa dengan koran atau majalah bekas warna-warni jika budget minim), dan bagikan.

“Volunteers don’t get paid, not because they’re worthless, but because they’re priceless. ” ~Sherry Anderson

7. “Me time”

Ada kalanya kita juga butuh waktu untuk sendiri. Melakukan segala hal yang kita sukai dan menyenangkan. Bagi saya, “me time” ini berarti kita memberi diri sendiri waktu sejenak untuk sesuka hati melakukan suatu hal, sendirian saja. Mendengarkan musik, jalan santai, berbelanja, blogging, berkebun, renang, yoga atau minimal peregangan sejenak, atau bahkan tak melakukan apa-apa dan hanya duduk menatap langit biru untuk sejenak bisa menjadi “me time” yang berkualitas. (Point-point selain point ke-7 ini juga tentu saja bisa dikategorikan sebagai “me time”).

“Me time” bagi saya adalah saat berbaring sejenak sambil memejamkan mata dan berhitung 0-10 setelah seharian punggung beraktivitas dan duduk tegak atau saat nafas sesak. Atau yang paling mudah misalnya berdiri diam sejenak (di tempat terbuka) untuk menarik nafas dalam-dalam sambil menatap langit biru yang terbentang.

8. Bermain dengan hewan peliharaan

Kucing, kelinci, marmut, ataupun ikan yang dipelihara di rumah bisa menjadi teman yang menyenangkan. Bermain sejenak dengan hewan ini ternyata mampu melepas penat dan kelelahan yang kita miliki.

9. Buat jadwal kegiatan yang harus dilakukan

Supaya tidak tercecer atau tertinggal, di awal waktu (awal hari, awal minggu, atau awal bulan) usahakan membuat daftar rincian apa saja yang harus dilakukan di kertas. Misalnya; Hari Senin mengirim paket ke A, membeli hadiah untuk B, dan sebagainya. Setelah jelas apa saja yang harus dilakukan, yakinkan diri untuk mengingatnya, dan usahakan melakukan kegiatan tersebut tanpa melihat pada kertas. Membuat tanda “check” pada setiap kegiatan menjadi hal yang sangat menyenangkan ketika semuanya berhasil dilakukan. Kalaupun tidak bisa, jangan kecewa. Tak apa. Semua butuh proses.

10. Lakukan perlahan (tapi tidak lambat)

Pada sebuah majalah, ada sebuah perkataan Reda Gaudiamo yang berkata ia ingin melakukan beberapa hal dengan berjalan, bukan berlari. (bagi saya) ini maksudnya melakukan banyak hal dengan perlahan dan dicicil, dan bukannya sekaligus. Contohnya saat di kepala ada banyak tulisan yang ingin di-publish. Daripada menumpuknya, coba tuangkan di kertas secara perlahan, lalu publikasikan juga di blog secara bertahap, dan bukannya langsung memublikasikannya semua di blog setiap hari.

^^^^^^^^^^^

“Maka harus banyak2 bersyukur yah. Tanpa kamu sadari, banyak lho nikmat yang sebenernya nggak cukup buat sekali disyukuri. Cyayo. Semua bakal indah kalo senyum.” ~ Ime ~ 

Saya masih belajar untuk terus melakukan banyak hal. Meski terkadang langkah menjadi lebih lambat dan tak stabil. Rupanya memang masih banyak hal yang harus dikejar dan diperhatikan, daripada sibuk memperhatikan apa yang kita lihat sebagai sebuah kekurangan.

Jangan-jangan orang lain justru melihatnya sebagai sebuah kelebihan?

Now, what’s ur me-time?

*Ditulis pada tahun 2012

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top