Menemukan rumput Pseudechinolaena polystachya
Bulan Oktober 2021, saya mencatat sejarah dalam hidup yaitu AKHIRNYA KE CURUG NANGKA di Bogor. Ffiuh.. Alhamdulillah. Rasanya sudah sejak 10 tahun yang lalu saya sudah pengin banget mau ke sana tapi berkali-kali gagal. Sampai akhirnya ya udahlah cuma pasrah doang. Dan selama pandemi, nggak pernah ke mana-mana akhirnya saat kasus turun drastis saya akhirnya pergi juga ke Curug Nangka yang masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak itu. Tapiii, catatan perjalanannya nanti dipisah aja euy. Kali ini mau cerita soal salah satu rumput yang ketemu di sana aja.
Di dekat hamparan tempat saya duduk, saya menemukan sebuah rumput yang baru saya temui pertama kalinya. Rumput ini memiliki batang yang sangat tipis, bertangkai, dan dari tangkai-tangkainya itu terdapat buah-buah berukuran sangat kecil, tapi terlihat berduri. Saya mencoba menyentuhnya dengan jari dan ini perbandingannya.
Saya melanjutkan mencari paku-pakuan di sekitar situ dan tidak menyadari hingga ketika waktu shalat dan akan melepas sepatu. Buah-buahan rumput itu ternyata menempel kuat pada celana saya. Duri yang terlihat itu rupanya bisa menancap saat menyentuh permukaan pakaian. Seperti itu kah cara dia menyebarkan bijinya?
Setelah bertanya pada Lana, rupanya ini adalah rumput Pseudechinolaena polystachia. Awalnya bernama Panicum uncinatum. Buahnya itu bernama caryopsis yang ternyata merupakan ciri khas dari family Poaceae (sebelumnya bernama Gramineae).
Karena (selalu) penasaran, lagi-lagi saya cek ke buku Plant names simplified: their pronounciation, derivation, and meaning oleh A.T. Johnson, H.A. Smith, dan A.P. Stockdale dan mencari nama yang dimaksud. Tapi tidak ada secara gamblang sebutan Pseudechinolaena. Saya teliti lagi dan kayaknya ini gabungan beberapa istilah. Akhirnya saya tebak Pseude itu dari pseudo (mungkin?) dan istilah lanjutannya berasal dari istilah “chlaina” dalam bahasa Yunani. Karena saya menemukan ada rumput lain juga yang berasal dari istilah chlaina tersebut. Dalam buku asal-usul nama tanaman itu, tertulis bahwa:
Chlaina, a cloak, referring to the shaggy spikelets.”
Plant names simplified: their pronounciation, derivation, and meaning
Dalam buku tersebut dituliskan “Cloak“, alias jubah. Tapi rupanya dalam hal ini bukan jubah seperti yang saya bayangkan dalam Harry Potter. Karena menurut sumber lain yaitu ensiklopedia mengenai fashion Yunani, ternyata ada dua tipe cloak dalam Yunani klasik. Yaitu chlaina dan diplax.
“The chlaina was usually worn by women at work, who draped the long fabric as a protective overskirt around their hips, often over the chiton, or tunic, they wore.”
Sehingga chlaina di sini tidak dirupakan seperti mantel bagian atas, tetapi lebih ke pelindung rok bagian bawah untuk perempuan.
Menurut pemikiran awam saya, kemungkinan besar kenapa dinamakan chlaina ini mungkin karena buahnya yang dilindungi oleh duri kasar itu. Sementara polystachia, juga artinya adalah memiliki banyak duri.
Membaca dari Wiktionary, Polystachion berasal dari bahasa Yunani Kuno (Ancient Greek) yaitu “Poly” yang artinya “banyak” dan STAK alias στάχυς (stákhus, “ear of wheat”) alias duri. Ear di sini bukan diartikan sebagai telinga seperti yang kita tahu ya.
Dalam buku yang sama disebutkan di atas, STAK tersebut juga diartikan sebagai duri, sehingga polystachion diartikan sebagai “many spiked” alias berduri banyak.
Like many Greek clothes, the chlaina and diplax were sometimes designed with decorative geometric patterns around the borders or dyed in bright colors. Metal weights were also often sewn into the corners of these garments to help the wearer drape them more beautifully.
Encyclopedia.com/fashion
Yes, this grass is so beautiful. Dan oh, senangnya lagi-lagi bisa memenuhi rasa penasaran. Alhamdulillah.
Tidak semua orang akan bisa mengerti kenapa rumput bisa menarik hati & mengikis luka. Begitu juga segala kupu-kupu, burung, dan paku-pakuan. Segala hal yg tidak tercapai di masa lalu, yang akan menjadi therapy di masa kini.