Wednesday Jul 24, 2024

Memelihara ulat hingga menjadi kupu-kupu (2021)

Suatu hari saya menemukan seekor ulat di daun bawang. Saya memutuskan untuk meletakan ulat tersebut di sebuah toples dan menunjukan pada anak kami. Sang anak pun kemudian langsung merasa tertarik.

Lihat ulatnya kah?

Beberapa waktu sebelum ini, A ngibrit saat ada kupu-kupu skipper nemplok di bahunya. Padahal mau saya foto. Tapi dia malah ketakutan. Dan sejak hari itu dia langsung kabur setiap ada kupu-kupu.

Saya yang dulu juga takut banget kan sama ulat dan lalu kualat. Malah jadi jatuh cinta sama kupu-kupu. Dua sisi yang berlawanan tapi satu makhluk yang sama. Maka saya belajar pelan-pelan untuk juga setidaknya tidak membenci bentuk saat menjadi ulat. Sehingga lama-lama mulai bisa untuk melihat gambar ulat di buku, hingga akhirnya juga sempat berniat untuk membuat semacam penangkaran kupu-kupu di rumah. Tapi ya memang belum kesampaian.

Syukurlah ada proses mengamati siklus ulat ini. Ketika kami pergi meninggalkan rumah dan cuaca di tengah perjalanan cukup mendung, A memikirkan nasib ulat yang berada di toples di teras rumah. Begitu juga saat tiba di rumah dan turun hujan deras, A berlari secepat kilat memindahkan toples ke dalam rumah agar si ulat aman. Alhamdulillah dia perduli pada makhluk hidup lain.

Pupa ulat yang saya duga nantinya akan menjadi ngengat ini ternyata tidak menggantung di daun bawang. Tapi tergeletak begitu saja hingga saya pikir ia mati. Lima hari kemudian kami menemukan ngengat kecil di toples.

Dalam waktu yang hampir bersamaan kami bersyukur ada ulat lagi yang mampir ke rumah kami. Ia menempel di tembok rumah. Ulatnya berwarna hijau gendut dan posisinya sudah melengkung. Kemungkinan besar sudah bersiap menjadi kepompong.

Sore harinya berubah warna menjadi hijau muda dan sudah terlihat kepompong. Saya tertarik sekali dengan dua benang super tipis yang dibuat ulat agar kepompong tersebut bisa menempel di tembok.

Esok harinya pupa berubah warna menjadi cokelat.

Kami menunggu 9-12 hari dengan harap-harap cemas. Hingga akhirnya di hari ke-11 kami terlewat beberapa jam dari waktu kupu-kupu sudah keluar! Syukurlah ia belum pergi dan masih nemplok di kepompongnya. Terlihat ia masih menguatkan sayapnya.

Ini adalah kupu-kupu jeruk.

Common lime alias Papilio demoleus.

Dari famili Papilionidae.

Alhamdulillah senang sekali saya sebagai pecinta kupu-kupu bisa langsung mengamati langsung proses kupu-kupu dari masih menjadi ulat. Saya mengulurkan jari ke kaki kupu-kupu, ia menyambut uluran saya dan nemplok untuk sekian lama di jari saya. Hingga akhirnya terbang sejenak dan hinggap di pohon terdekat. Cukup lama ia nemplok di daun, sekitar 30 menit hingga akhirnya terbang bebas.

Alhamdulillah A bisa melihat langsung proses hidup ulat menjadi kupu-kupu. Semoga bermanfaat untuk dirinya dan alam sekitar. Aamiin.

Yulia

Pengamat tumbuhan, burung, dan kupu-kupu amatir, ibu dua anak, penulis, pustakawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top